Memangnya benar: laki-laki itu --secara fisik, selain mukanya-- dinilai dari jam tangan, sepatu dan dompetnya (?)
Sayangnya aku tidak percaya dan tidak peduli dan bebas-bebas saja ingin dinilai apapun oleh orang lain. Mungkin kamu butuh tahu dan mengerti sampai aku selesai menceritakan kisah ini. Yha~
***
Beberapa temanku, sampai hari ini bahkan, masih suka terheran ketika aku mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dalam saku dalam kondisi yang menyedihkan: terlipat tidak kruanan. Dan karena itu pula aku jadi sering mengulang alasanku, bahkan pada orang yang sama, megapa (masih) melakukan hal itu.
Satu alasan yang utama adalah aku tidak suka menggunakan dompet. Sejak dulu bahkan. Sejak aku mulai mengenal dompet bisa dugunakan untuk menyimpan uang, selain celengan di rumah. Apalagi setelah aku mulai sering mengumpulkan uang jajan sekolah yang kemudian uangnya aku gunakan dengan sia-sia. Mentraktir makan pacar, misalnya.
Sejak saat itu aku jadi akrab dengan dompet. Setidaknya aku menjadi laki-laki umum lainnya: di mana di saku celana belakangku akan terlihat sedikit membungbug karena tersimpan dompet.
Akan tetapi tidak berlangsung lama. Nyatanya aku tidak suka. Alias tidak nyaman ada yang mengganjal di kantung celana. Seperti ada kepalan tangan yang sedang menempel di bokong. Ih!!!
"Memangnya benar: laki-laki itu --secara fisik, selain mukanya-- dinilai dari jam tangan, sepatu dan dompetnya(?)"
Karena itu pula akhirnya aku tidak lagi menaruh dompet di celana dan aku ganti dengan menaruhnya di tempat lain: tas.
Ternyata itu tidak menyelesaikan permasalahan, justru membuat dua permasalahan baru, yaitu (1) aku jadi suka membawa tas ke mana-mana dan (2) setiap ada urusan bayar-membayar aku jadi suka membuka-tutup tas. Melelahkan dan ribet.