Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peang dan Fungsi Baru Gadget Untuknya

2 Maret 2018   00:50 Diperbarui: 26 April 2018   02:36 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (@kulturtava)

Yha. Pada akhirnya gadget Peang digunakan sebagaimana umumnya: untuk berkomunikasi. Mungkin tidak baik, sebab Peang baru berumur 8 tahun, tapi ada banyak pertimbangan untuk itu, satu di antaranya ketika ia sakit.

Bukan. Sakitnya tetap dalam proses penyembuhan dengan obat dari dokter, bukan dari pemberian gadget.

Jadi setelah melakukan suntik vaksin di sekolah Peang demam. Seharian. Hanya diberi obat warung biasa kala itu untuk menurunkan panasnya dan tidak berpengaruh apa-apa. Gopah sedang tidak di rumah; ibadah. Gomah belum pulih betul dari sakitnya. Saya sedang di kantor. Seharian badannya panas, lemas. Itu baru saya tahu tentu ketika pulang dari kantor. Besok paginya baru saya bawa ke dokter.

Saya merasa kesal sendiri: kenapa hari itu tidak seorangpun ada yang mengabari?

***

Gadget dan Peang bukanlah 2 hal yang asing. Sejak umur 3 tahun malah, ia bisa mengoperasikan laptop. Untuk ketak-ketik asal dan perlahan bisa ia gunakan untuk bermain gim. Dari Zuma sampai Plant vs Zombie, pernah ia tamatkan sebelum akhirnya laptop saya rusak.

Karena itulah ketika ulang tahun ke-4 Peang minta dihadiahi tablet. Kami kabulkan. Tentu beralasan: saya dan Gopah sepakat laptop hanya untuk kerja. Saya gunakan untuk menulis dan Gopah untuk membuat eFaktur.

Memang bisa saja kami tidak memberinya tablet untuk sekadar main gim. Namun, satu waktu saya tercerah oleh bit stand-up Ernest Prakasa: sebenarnya kebebasan orangtua menjaga anak itu saat si anak sudah anteng bermain gadget. Sepakat atau tidak, tapi kini itulah faktanya, bukan?

Kami tidak pernah mengatur waktu Peang untuk bermain tablet. Bebas saja. Sejak ia minta sekolah, sejak saat itu kami ajarkan Peang tentang tanggungjawab. Fokusnya: konsekuensi.

Sederhananya begini: ketika pulang sekolah, TK-Nol Kecil saat itu, Peang kami bebaskan main tablet. Tapi seperti yang kita tahu dan entah mengapa ini membuat saya sebal: setiap hari Peang selalu diberi PR. Bayangkan, masa anak TK-Nol Kecil sudah dibebani PR! Ada saja, dari menghitung sampai menulis alfabet.

Hal-hal seperti itu yang sampai sekarang tidak bisa diubah dalam kurikulum pendidikan. Pernah saya tanya Kepala Sekolahnya kenapa selalu memberi PR?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun