Lebih jauh lagi, jika kita berbicara mengenai makanan secara lebih luas, maka seperti yang saya sebutkan di atas bahwa tiap negara memiliki jenis makanan yang menjadi "wajah" budaya mereka. Contohnya, jika kita menyebut sushi bisa berarti kita menyebut Jepang, kimchi untuk Korea, pizza untuk Italia, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, terdapat pula etika makan (table manner). Setiap negara, daerah, hingga keluarga memiliki etika makan yang berbeda. Ada yang mewajibkan semua orang makan bersama di meja, menggunakan peralatan makan dengan baik dan benar, hingga harus mengunyah dengan gaya tertentu. Ada pula yang bisa santai makan sembari lesehan, bercengkrama ria, serta makan dengan nyaman pakai tangan.
Imbas globalisasi membuat semua budaya seperti telah tercampur aduk. Namun dengan mengenal nilai dan kebudayaan daerah asal kita, sepertinya membuat identitas dan keunikan kita lebih terlihat secara jelas. Hal tersebut tentunya sangat menarik untuk dilakukan agar kita bisa bangga dengan identitas kita. Kita pun juga bisa mengenalkan budaya kita sendiri, bukan hanya membanggakan budaya negeri lain.
Secara pribadi, saya pun termasuk dalam golongan orang yang memang tidak terlalu mengenal makanan khas daerah saya. Ketika ditanya orang lain tentang makanan khas, saya susah menjawabnya. Dan ketika tidak bisa menjawab, orang biasanya berpikir atau menyebut bahwa identitas saya ternyata hanya tempelan semata.
Tidak bisanya kita mengenal makanan khas atau budaya makan daerah kita dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Karena kita tidak pernah diperkenalkan, makanan khas daerah kita sudah jarang atau tidak dilestarikan sehingga terlupa (resep, cerita dan nilai yang terkandung di dalamnya), serta budaya asing yang terlihat lebih keren atau trendi.
Jika dipikir lagi, makanan ternyata merupakatan salah satu kekuatan utama dari kebudayaan. Jelas tidaknya terlihat keunikan dan khasnya makanan dari suatu daerah, bisa saja menjadi tolak ukur kelestarian atau kuatnya suatu budaya. Kenal tidaknya individu terhadap budaya makanan khas daerahnya, bisa saja menjadi indikasi seberapa kenalnya orang tersebut terhadap identitas dirinya sendiri.