Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi Covid-19 dan Guru Baru yang Galak

11 September 2020   18:36 Diperbarui: 11 September 2020   19:19 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga minggu kedua bulan September 2020, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia telah melebihi angka 200 ribu. Jumlah yang lebih banyak dua kali lipat dibanding negara asal Virus Corona, yakni Cina. 

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya terjadi ke lebih banyak orang lagi. Salah satu caranya adalah menegakkan protokol kesehatan agar dilakukan secara disiplin oleh masyarakat.

***
Di awal tahun ini, seorang guru baru diperkenalkan kepada kita semua. Guru baru tersebut bernama Pandemi Covid-19. Dan, ia adalah seorang guru yang sangat galak! Mata pelajaran yang diajarakan oleh guru baru yang satu ini adalah 'KETAATAN'.

Mata pelajaran ketaatan bukanlah hal yang baru diajarkan kepada kita. Uniknya, mata pelajaran ini tidak akan pernah selesai. Yang ada, levelnya terus naik sesuai dengan perjalanan hidup kita, hingga kita 'pulang sekolah' nanti.

Kali ini, guru yang dikirimkan untuk mengajar kita, Pandemi Covid-19, sedang semangat sekali dalam mengajar. Ada yang mengikuti pelajarannya dengan fokus, ada yang sudah mulai ngantuk, ada yang sedang ribut dengan teman saat penjelasan diberikan dari depan kelas.

Rasanya, cukup banyak juga murid di kelas yang terus mengeluhkan susahnya pelajaran ini. Ada sebuah bagian yang cukup sederhana, tapi dianggap tersulit dari tugas yang diberikan pandemi pada kita. Bagian itu adalah mencegah terjadinya penyebaran Covid-19. Caranya adalah menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah dan para ahli.

Sebenarnya, hampir semua murid di kelas sudah mengetahui cara mengerjakan tugas ini. Rumus utama dalam mengerjakannya adalah rajin mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak aman, serta menjaga pola hidup yang sehat.

Meski cukup sederhana, rasanya banyak juga tantangan untuk menjalankan tugas ini. Seperti biasa, tantangannya adalah kemalasan, suka menunda, tidak adanya semangat, dan alasan-alasan lainnya. Pada akhirnya, murid yang nakal akan mendapatkan hukuman seperti teguran dari pihak berwenang, hingga terkena infeksi.

Seperti teman-teman di kelas lainnya, saya pun awalnya sedikit mempertanyakan kegunaan dari tugas-tugas itu bagi kita. Dengan suara yang keras, si guru galak lalu menjawab, "Untuk membuat level ketaatan kalian naik!"

Nampaknya, pandemi akan menjadi guru yang cukup lama mengajar di kelas. Di tahun ajaran ini, ia ingin memastikan murid-muridnya memiliki peningkatan skill. Alhasil, murid-muridnya bisa lulus dari mata pelajaran ketaatan di levelnya masing-masing dengan nilai memuaskan.

Mungkin saja, banyak dari kita, termasuk saya, yang sulit dan malas mengikuti mata pelajaran ini. Akan tetapi, selayaknya murid, bukankah 'Sang Pemilik Sekolah' selalu merancangkan kurikulum terbaik untuk kualitas murid-muridnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun