Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Melihat Riwayat Survei di Pilpres 2014 dan 2019

28 November 2023   09:00 Diperbarui: 28 November 2023   09:07 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari berbagai sumber.

Pada 2019 lembaga survei sudah menjamur banyak bahkan ada lembaga luar negeri yang juga melakukan survi pilpres di Indonesia.Pilpres 2019 persaingan terjadi antara petahana Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Amin) dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi). Hasilnya Jokowi-Amin menang dengan 55,5 persen suara, sedangkan Prabowo-Sandi mendapatkan 44,5 persen suara. 

Dari banyak hasil survei ketika itu, survei yang paling mendekati hasil KPU justru datang dari lembaga asal Australia Roy Morgan yang melakukan survei pada pertengahan Maret hingga awal April 2019. Hasil Roy Morgan menunjukkan Jokowi-Amin mendapatkan 54,5 persen dan Prabowo-Sandi mendapatkan 45,5 persen. Hasil itu hanya berselisih 1 persen dengan rilis KPU dan masih berada dibawah margin of error rata-rata lembaga survei sekitar 2-3 persen.

Menarik pada survei yang dilakukan lembaga asal Indonesia menunjukkan survei pada Jokowi-Amin masih berada pada selisih 1-3 persen. lembaga itu seperti Poltrakcing (53,3 persen), SMRC (56,8 persen), dan Charta Politika (55,7 persen). Namun pada pasangan Prabowo-Sandi terpadat selisih yang terlampau jauh bahkan diatas margin of error 3 persen. Seperti pada Poltracking (40 persen), Charta Politika (38,8 persen), SMRC (37 persen). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini.    

Diolah dari berbagai sumber.
Diolah dari berbagai sumber.

Hasil survei yang "aneh" ini menguatkan isu yang berkembang yaitu banyak hasil survei yang memanipulasi hasilnya. Namun bisa juga perbedaan mencolok ini terjadi karena lembaga survei masih memasukkan TT/TJ pada hasil survei mereka. Berbeda dengan lembaga Roy Morgan yang tidak ada TT/TJ. Mengingat hasil KPU didasarkan pada suara sah yang berarti suara tidak sah dan orang yang tidak menggunakan hak pilihnya tidak masuk dalam perhitungan KPU.  

Jika melihat pada dua pelaksanaan pilpres terakhir nampak masih ada lembaga survei yang menunjukkan hasil yang akurat. Bahkan tidak melihat asal lembaga survei itu (dari dalam negeri ataupun luar negeri) tidak membuat hasil survei menjadi tidak akurat atau jauh dari kenyataan di lapangan. 


Dan kita sebagai masyarakat alangkah baiknya tidak terlalu terpengaruh dari hasil survei, karena bukan berarti orang-orang yang berada dipuncak survei itu merupakan yang terbaik untuk Indonesia. Itu karena survei hanya menghimpun suara-suara di masyarakat yang dimana masyarakat Indonesia masih melihat sosok calon pemimpin secara tidak rasional (dari muka, fisik, suku, agama, dan lain sebagainya).

Sumber:

https://www.merdeka.com/politik/survei-roy-morgan-h-4-pencoblosan-jokowi-545-persen-prabowo-455-persen.htmlhttps://nasional.kompas.com/read/2014/07/08/17270491/Survei.Charta.Politika.Jokowi-JK.49.2.Persen.Prabowo-Hatta.45.1.Persenhttps://www.beritasatu.com/news/195224/rangkuman-sejumlah-survei-terbaru-jokowi-unggul-mutlakhttps://news.detik.com/berita/d-4508011/survei-alvara-elektabilitas-jokowi-52-2-prabowo-38-8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun