Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Berkembangnya Media Massa terhadap Indonesia

22 Oktober 2022   18:00 Diperbarui: 22 Oktober 2022   18:25 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Johann Gutenburg. Foto: Digital Collections The New York Public Library 

Lahirnya media massa di Eropa tidak terlepas dari ditemukannya mesin cetak di Jerman pada tahun 1440 oleh Johannes Gutenberg. Hal ini yang memunculkan Zeitung Skunde yakni pengetahuan tentang persuratkabaran yang dipelajari tata cara menulis koran sehingga gagasan yang ingin disampaikan diterima dengan baik oleh publik. 

Pada saat itu hal-hal yang berhubungan dengan opini publik belum diperhatikan, namun berangsur-angsur para intelektual mulai menyadari hal tersebut yang kemudian pada tahun 1800 muncullah Zeitung Wissenschaft, yakni ilmu tentang persuratkabaran yang mempelajari komunikasi massa dengan media koran. 

Tokoh-tokoh yang ada pada saat itu antara lain seperti; Wilhem Bauer, Karl Baucher, dan Friedrich Nedebach.

Beberapa tahun kemudian (1884) di Universitas Bazel, Swiss, berdiri Fakultas Ilmu Persuratkabaran dengan Karl Baucher yang mengajar di Universitas tersebut. Pada 1892 di Universitas Leipzig Jerman, berdiri pula Fakultas Ilmu Persuratkabaran yang terdiri dari 3 kajian, yakni: Geschichte des Zeitung Wissens, Organization und Technik Der Modernen Zeitungswessens serta dipelajari pula PressPolitik. 

Zeitung Wissenschaft seiring dengan munculnya radio dan televisi dianggap mulai tidak memadai lagi. Hal ini yang kemudian muncullah ilmu bari yakni Publizistik (Publisistik), dalam ilmu ini mempelajari ilmu persurakabaran ditambah dengan seluruh kegiatan yang menyangkut proses penyampaian pendapat secara umum; termasuk di dalamnya retorika dan media umum (general media) serta special media. 

Tokoh yang berjasa merumuskan definisi Publizistik sehingga menjadi sebuah disiplin adalah Kurt Baschwitz dan Walter Hagemann.

Media Massa di Indonesia

Media massa baru diperkenalkan di Indonesia pada akhir abad ke-17, tepatnya pada tanggal 14 Maret 1688 dengan datangnya mesin cetak ke Indonesia (Hindia Belanda) dari negeri Belanda. Dengan adanya mesin cetak atas instruksi pemerintah, oleh para pegawainya diterbitkan surat kabar tercetak yang pertama yang memuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar.

Namun dicetakan-cetakan selanjutnya tidaklah menarik para pembacanya, sehingga pada akhirnya surat kabar tercetak pertama ini berikut mesin cetaknya dijual kepada Hendrick Brants dan Jan Bruyning, dua orang pengusaha swasta, yang meneruskan penerbitan surat kabar ini. 

Sebagai sensor diangkat Pieter Pauw. Sensor sendiri memang sudah ada sejak pers pertama kali ada di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah. Sensor ini rnula-mula bersifat preventif, kemudian berlaku sensor respresif.

Sifat koran tercetak pertama tersebut, adalah semata-mata komersil, dan isinya ialah berita-berita tentang lndonesia serta berita-berita Eropa, dan dapat dikatakan diusahakan oleh seorang saja, karena si pengusaha merangkap menjadi penerbit, pencetak dan redaktur sekaligus.

Setelah surat kabar tercetak pertama tersebut, terbitlah kemudian di beberapa tempat lain di Jawa, surat-surat kabar yang diusahakan oleh para pemilik percetakan-percetakan dan dapat dikatakan lebih berbentuk "koran-koran iklan".

Kemudian pada masa pemerintahan Hindia Belanda kembali mengenalkan penerbitan surat kabar dengan adanya politik liberalisasi. Pers pada saat itu masih dikuasai oleh orang-orang Belanda. Surat kabar pertama di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles terbit pada tahun 1744 dan tutup pada 1746 akibat dari adanya larangan pemerintah Belanda di Eropa dan masa peperangan antara Belanda dan Prancis.

Surat kabar selanjutnya baru muncul pada tahun 1817 dengan nama Bataviasche Courant. Lalu muncul beberapa koran lain seperti; Bataviasche Advertentieblad (1827), Nederlands Indiesche Handelsblad (1829), Soerabajasche Courant (1837), dan Samarangsche Advertentieblad (1845).

Lalu memasuki abad ke-20 muncul koran-koran yang dimiliki oleh kaum pribumi yang memuat ide-ide tentang perjuangan kemerdekaan, hal ini terjadi seiring dengan adanya kebijakan politik etis di Hindia Belanda yang memunculkan organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo dan Perhimpunan Indonesia. 

Dimana kedua organisasi tersebut selain memberikan ide-ide kemerdekaan kepada anggota organisasinya tetapi juga menyalurkan gagasan mereka kepada khalayak luas dengan menaruhnya pada surat-surat kabar yang beredar ataupun membuat surat kabar sendiri di Hindia Belanda.

Pada awal abad ke-20 ini pers di Hindia Belanda dapat digolongkan menjadi 3 kepemilikan yaitu; Belanda, Cina, dan Indonesia (pribumi). Ada dua aspek mendasar yang membedakan pers pribumi dengan Belanda dan Cina. Pertama dari segi material yang pers Belanda dan Cina memiliki keunggulan dibandingkan pers pribumi. 

Ini terjadi karena pers Belanda dan Cina memiliki dana yang jauh lebih besar dibandingkan pers milik orang pribumi. kemudian perbedaan Kedua dari tujuan yang pers pribumi lebih memfokuskan tentang isu-isu kebangkitan nasional sedangkan pers Belanda dan Cina lebih bersifat umum ataupun lebih menitikberatkan pada etnis masing-masing. 

Sumber Rujukan:

  • AS, A. B. (2014). Periode perkembangan media massa. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 18(1), 119-132.
  • Said, T. (1988). Sejarah pers nasional dan pembangunan pers Pancasila. Jakarta: PT. Idayu Press.
  • Taufik, I. (1977). Sejarah dan perkembangan pers di Indonesia. Triyinco.
  • The Miriam and Ira D. Wallach Division of Art, Prints and Photographs: Print Collection, The New York Public Library. Johann Gutenberg - Portraits Retrieved from https://digitalcollections.nypl.org/items/510d47df-d716-a3d9-e040-e00a18064a99

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun