Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengangguran Tertinggi di ASEAN, Alarm untuk Indonesia

9 Agustus 2025   19:08 Diperbarui: 9 Agustus 2025   19:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengangguran, kehilangan pekerjaan, angka pengangguran(SHUTTERSTOCK/LUNA VANDOORNE  via KOMPAS.com)

Indonesia punya potensi di semua sektor itu, tapi seakan berjalan di tempat. Hambatan klasik---birokrasi rumit, skill gap, investasi yang menumpuk di kota besar---membuat laju kita tersendat.

Mengurai Akar Masalah

Tingginya pengangguran di Indonesia adalah hasil dari kombinasi beberapa faktor:

1. Pertumbuhan Angkatan Kerja Cepat

Setiap tahun jutaan anak muda masuk pasar kerja, tapi lowongan baru tidak sebanding.

2. Skill Mismatch

Dunia industri mengeluh lulusan kurang keterampilan praktis, sementara pencari kerja merasa lowongan yang ada tak sesuai latar belakang mereka.

3. Dominasi Sektor Informal

Mayoritas pekerja ada di sektor ini, yang tidak stabil dan minim perlindungan.

4. Teknologi Menggantikan Tenaga Kerja

Otomatisasi memberi efisiensi, tapi juga memangkas peluang kerja.

5. Investasi Tak Merata

Lapangan kerja berkualitas terkonsentrasi di Jawa, meninggalkan wilayah lain di belakang.

Dampak Nyata di Kehidupan

Angka pengangguran tidak hanya berarti "orang tidak bekerja". Ia menimbulkan efek berantai:

  • Kemiskinan bertambah karena hilangnya pendapatan.
  • Keretakan sosial dari kriminalitas atau ketegangan komunitas.
  • Generasi muda kehilangan momentum untuk mengasah keterampilan.
  • Beban negara meningkat lewat bantuan sosial yang membengkak.

Refleksi Bersama

Predikat "tertinggi" ini bukan sekadar data ekonomi. Ia adalah cermin bahwa pertumbuhan yang kita banggakan belum merata. Pertanyaannya: mau sampai kapan kita membiarkan jurang antara pertumbuhan makro dan lapangan kerja nyata ini melebar?

Beberapa hal bisa menjadi titik balik:

  • Pendidikan vokasi yang benar-benar menjawab kebutuhan industri.
  • Diversifikasi ekonomi agar tidak tergantung pada sektor tertentu.
  • Penguatan UMKM dengan modal, teknologi, dan akses pasar.
  • Investasi yang lebih merata secara geografis.

Harapan yang Masih Ada

Indonesia punya modal demografi yang luar biasa: populasi usia produktif yang besar. Modal ini bisa jadi bonus atau bencana, tergantung arah kebijakan.

Jika reformasi struktural dijalankan konsisten, bukan mustahil beberapa tahun ke depan kita akan turun peringkat---dan kali ini penurunannya akan menjadi kabar yang kita rayakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun