"Dalam perdagangan global, yang kuat bukan hanya yang punya banyak, tapi yang bisa membuka banyak pintu."
Indonesia kembali mencetak tonggak penting dalam perdagangan internasional dengan tercapainya kesepakatan ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) ke Uni Eropa sebesar 1 juta ton per tahun tanpa bea masuk.Â
Langkah strategis ini menjadi bagian dari proses finalisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA), yang ditargetkan rampung sepenuhnya pada akhir tahun 2026.
Disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, kebijakan bebas tarif tersebut hanya berlaku untuk produk CPO, sedangkan minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) akan mengikuti kuota ekspor tahun sebelumnya.Â
Biodiesel, meski berasal dari sawit juga, belum masuk dalam pembahasan karena seluruh produksi saat ini masih difokuskan untuk konsumsi domestik.
Langkah ini disambut positif oleh berbagai pihak, mengingat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen sawit terbesar dunia.Â
Dengan tarif 0 persen, produk CPO Indonesia kini memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar Eropa.Â
Ini diharapkan bukan hanya mendongkrak volume ekspor, tetapi juga memberikan efek berantai pada sektor industri hilir dan peningkatan kesejahteraan petani sawit nasional.
Tidak hanya itu, kesepakatan ini juga menjadi sinyal positif bahwa diplomasi ekonomi Indonesia semakin diperhitungkan di panggung internasional.Â
Keberhasilan negosiasi ini juga membuktikan bahwa sektor komoditas strategis seperti sawit mampu menjadi jembatan antara kebutuhan domestik dan kepentingan global.
Meskipun masih banyak pekerjaan rumah, terutama terkait dengan peningkatan sertifikasi berkelanjutan bagi petani swadaya yang baru menyentuh angka 5,3 persen, pemerintah menegaskan bahwa aspek keberlanjutan tetap menjadi prioritas dalam setiap langkah ekspor.
Dari sisi regulasi, proses ratifikasi IEU-CEPA yang dijadwalkan selesai pada akhir 2026 menjadi kunci utama implementasi penuh dari kesepakatan ini.Â
Kedatangan Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maro efovi, ke Jakarta dalam waktu dekat menunjukkan komitmen bersama dalam memperkuat hubungan dagang dua kawasan.
Kesepakatan ini bukan hanya soal angka ekspor dan penghapusan bea masuk, tetapi juga mencerminkan arah baru hubungan ekonomi Indonesia dengan dunia internasional.Â
Perdagangan bukan lagi sekadar urusan pasar, tetapi juga tentang reputasi, diplomasi, dan keberlanjutan.
"Jika sawit adalah emas hijau, maka kebijakan ini adalah palu godam yang membuka peti harta karun."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI