Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rojali dan Rohana: Cermin Ekonomi Rakyat atau Strategi Konsumen Cerdas?

27 Juli 2025   22:07 Diperbarui: 27 Juli 2025   22:07 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Foto Kompas.com/Krisda Tiofani)

Rojali dan Rohana bukan nama orang, melainkan gaya hidup masyarakat urban. Mereka datang ke mal, ramai-ramai, tapi pulang tanpa belanja. Fenomena ini jadi cermin baru tentang cara kita bertahan, berstrategi, dan tetap hidup waras di tengah tekanan ekonomi.

Akhir pekan kini tak lagi semata tentang belanja. Di setiap sudut mal, dari pusat kota hingga pinggiran, kita bisa melihat dua "tokoh viral" berseliweran: Rojali dan Rohana. Tapi jangan buru-buru cari mereka di KTP, karena ini bukan nama orang. Ini akronim dari gaya hidup---dan mungkin, gaya bertahan.

Rojali adalah Rombongan Jarang Beli, sementara Rohana adalah Rombongan Hanya Nanya. Mereka bukan sekadar pengunjung biasa, mereka adalah simbol dari dinamika ekonomi masyarakat kita hari ini.

Kutipan orisinil oleh: Harmoko, Penulis Penuh Tanya.
Kutipan orisinil oleh: Harmoko, Penulis Penuh Tanya.
Dari Guyonan Netizen ke Alarm Ekonomi Nasional

Istilah Rojali dan Rohana berawal dari lelucon warganet. Namun belakangan, media nasional, ekonom, hingga pejabat pemerintah ikut nimbrung dalam diskusinya. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menyebut bahwa perilaku ini sudah lama ada, tapi intensitasnya kini meningkat.

Faktor pemicunya tak jauh dari tekanan ekonomi pasca pandemi yang masih terasa, terutama bagi kelas menengah ke bawah. Menurut Alphonzus, makin banyak yang datang ke mal bukan untuk belanja, tapi untuk jalan-jalan, lihat-lihat, dan sesekali tanya-tanya harga sambil berharap ada promo besar-besaran.

Antara Cek Barang dan Cek Dompet

Menteri Perdagangan Budi Santoso punya pandangan lain. Baginya, fenomena Rojali-Rohana itu biasa saja. Orang-orang hanya menyesuaikan cara belanja. Datang ke toko, lihat barangnya asli atau palsu, lalu beli secara online karena... ya, lebih murah dan sering dapat cashback.

Bahkan, ia menyebut bahwa perilaku ini bisa mencerminkan konsumen yang cerdas. Mereka tak langsung terpikat pada display cantik, tapi menunggu momen yang pas. Dan kadang, momen itu datang saat e-commerce sedang pesta diskon.

Kutipan orisinil oleh: Harmoko, Penulis Penuh Tanya.
Kutipan orisinil oleh: Harmoko, Penulis Penuh Tanya.
Apa Kata Statistik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun