Kutipan pembuka:
"PDKT itu bukan soal menang atau kalah. Tapi soal bisa pulang dengan harga diri utuh."
- Harmoko
Mari kita jujur, PDKT alias pendekatan, adalah olahraga ekstrem. Bukan karena kita harus panjat tebing demi gebetan, tapi karena kita harus memanjat harapan---dan kadang harus jatuh dari ketinggian ekspetasi sendiri.
Tapi, benarkah semua PDKT harus berakhir gagal kalau tidak jadi pacar atau pasangan hidup? Tidak selalu. Ada juga PDKT yang antigagal, meski akhirnya tidak berujung jadian. PDKT yang sukses bukan cuma yang sampai pelaminan, tapi yang bikin kita berkembang jadi pribadi lebih sadar diri, lebih tahu apa yang kita cari, dan lebih jago baca tanda-tanda (red flag, misalnya).
Dalam artikel ini, saya ingin berbagi beberapa kisah---dari teman, pembaca, dan sedikit dari pengalaman pribadi---tentang bagaimana PDKT bisa tetap sukses, tanpa harus jadi pasangan.
1. Dikejar, Ditolak, Berteman, Bahagia
Riko suka sama Icha sejak ospek kuliah. Setiap pagi dia antar sarapan ke kos Icha, padahal jaraknya 4 km dari kampus. Riko pikir, "Kalau saya konsisten dan tulus, dia pasti luluh."
Setelah tiga bulan penuh perjuangan, Icha akhirnya berkata jujur:
"Ko, aku nyaman sama kamu... tapi sebagai sahabat. Aku takut kalau kita pacaran, malah kehilangan hubungan yang baik ini."