Bagi sebagian pelamar kerja, HRD itu seperti dosen killer: belum kenal, tapi sudah bikin deg-degan. Ada yang menganggap HRD sebagai "penghalang jalan rezeki", ada juga yang curiga HRD cuma jago nanya "Kenapa kami harus menerima kamu?" padahal gaji UMR saja belum tentu mereka hafal.
Tapi, benarkah HRD adalah musuh? Atau justru kita yang gagal memahami peran mereka dalam dunia kerja modern?
Antara Ekspektasi dan Realita
Sebagai penulis yang rutin mengamati dunia kerja, saya menyaksikan sendiri banyaknya ketegangan yang sebenarnya tidak perlu antara pelamar dan HRD. Banyak kandidat yang datang ke sesi wawancara bukan dengan persiapan, tapi dengan kecurigaan. Seolah HRD adalah lawan yang harus "diluluhkan", bukan mitra yang sedang mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
Padahal, HRD tidak sedang mencari yang sempurna---mereka mencari yang tepat. Tepat untuk tim, tepat untuk budaya kerja, dan tepat untuk tujuan jangka panjang perusahaan.
Kita sering kali terlalu fokus pada nilai jual diri sendiri, sampai lupa membaca kebutuhan mereka.
HRD Adalah Gerbang, Bukan Tembok
HRD bukanlah penentu akhir dari nasib karier seseorang, tetapi mereka adalah gerbang penting. Bukan tembok. Di banyak perusahaan, HRD berfungsi sebagai penjaga kualitas dan budaya perusahaan. Mereka memastikan bahwa yang masuk bukan hanya punya skill, tapi juga cocok secara sikap dan nilai.
Dari sekian banyak kisah para pencari kerja, saya sering mendengar kalimat seperti ini:
Baca juga: Menjadi HRD Idaman Kandidat Pelamar Kerja"Saya sudah memenuhi semua syarat, tapi tetap ditolak. HRD pasti pilih orang dalam."
Atau yang lebih menyakitkan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!