"Dulu kami pakai kaleng biskuit buat nyimpen uang dagangan. Sekarang? Uang masuk ke rekening dalam hitungan detik."
--- Penulis Penuh Tanya
Pagi itu saya duduk di sebuah warung kopi kecil di pinggiran kota. Pemiliknya, Bu Sari, sedang sibuk mencatat pesanan dan sesekali membuka aplikasi biru di ponselnya. Bukan untuk scrolling TikTok, tapi untuk mengecek mutasi rekening bank digital.
"Udah nggak pakai dompet tebal-tebal lagi, Mas. Sekarang semua langsung masuk ke HP," katanya sambil tersenyum.
Saya tercengang. Di warung kecil yang tak punya mesin kasir, Bu Sari sudah menggunakan bank digital untuk transaksi, bayar bahan baku, bahkan membayar anak buahnya. Bukan bank besar dengan gedung tinggi dan satpam galak. Tapi aplikasi kecil yang ia pelajari dari anaknya yang baru lulus SMK.
Bank Tanpa Gedung, Tapi Beri Rasa Aman
Kisah Bu Sari bukan satu-satunya. Di pasar, di lapak kaki lima, bahkan tukang parkir di masjid, makin banyak yang pakai QRIS, transfer instan, atau menyebutkan "nomor rekeningnya ya, Mas." Mereka mungkin tak tahu istilah fintech, tapi mereka tahu satu hal: ini lebih cepat, praktis, dan aman.
Dulu, uang dipegang. Sekarang, uang diakses. Bank digital telah mengubah cara orang berinteraksi dengan uang---dan yang paling menarik: mereka yang dulu tak dianggap layak jadi nasabah bank, kini punya akun aktif dan produktif.
Tak Butuh Setoran Awal, Cukup Kepercayaan
Bank konvensional sering kali butuh banyak syarat: KTP, slip gaji, NPWP, bahkan setoran awal. Tapi bank digital berkata sebaliknya: "Kalau kamu punya ponsel dan niat baik, ayo daftar!"