"Sejak kapan uang bisa disimpan tanpa rasa takut? Sejak kami punya rekening di ponsel dan tak perlu lagi dianggap kecil."
--- Penulis Penuh Tanya
Di balik setiap saldo kecil di layar ponsel, ada cerita yang besar: perjuangan, penghematan, bahkan mimpi. Bank digital mungkin terlihat sederhana---ikon di layar, notifikasi setiap transaksi, grafik naik turun pengeluaran. Tapi bagi jutaan orang di negeri ini, ia adalah simbol martabat yang pelan-pelan kembali.
Dulu Kami Dibilang Tidak Layak
Sebut saja Pak Darto, tukang parkir di perempatan dekat kampus. Dulu, setiap hari ia membawa pulang uang receh dalam kantong plastik. Disimpan di laci kayu, lalu dikumpulkan untuk bayar sekolah anak. Tapi ia tak punya rekening. Tak ada bank yang mau membukakan karena katanya, "tidak ada slip gaji, tidak ada setoran awal."
Lalu anaknya mengenalkannya pada bank digital. Dalam satu sore, Pak Darto punya rekening sendiri. Tak ada kantor cabang, tak ada pertanyaan. Cuma selfie dan KTP. Dan untuk pertama kalinya, ia bisa menyimpan hasil kerja kerasnya dengan aman.
"Kalau hilang pun, saya bisa lihat uang saya masih ada," katanya bangga. "Dulu kalau hilang ya sudah, nasib."
Teknologi yang Tidak Menghakimi
Inilah keistimewaan bank digital: ia tidak menghakimi.
Ia tidak peduli kamu kerja apa, tinggal di mana, atau punya penghasilan berapa. Ia hanya menanyakan satu hal: "Apakah kamu ingin mengelola uangmu dengan lebih baik?"