Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Bikin Interview Kerja Itu Sulit bagi Gen Z?

21 Juni 2025   09:41 Diperbarui: 21 Juni 2025   09:41 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Interview kerja bukan cuma soal menjawab pertanyaan HRD. Bagi Gen Z, ini soal identitas, ekspektasi, dan realitas dunia kerja yang terus berubah. Kenapa proses ini terasa begitu sulit?

Apa yang Bikin Interview Kerja Itu Sulit bagi Gen Z?

Di balik layar laptop yang menyala atau ruangan wawancara yang sunyi, banyak anak muda Gen Z yang diam-diam menahan napas. Interview kerja bukan sekadar formalitas atau syarat administratif; ini jadi ajang penghakiman singkat atas seluruh hidup dan potensi mereka. Sering kali, yang terasa bukan hanya gugup---tapi juga seolah sedang diuji apakah mereka "cukup dewasa" untuk dunia kerja yang belum tentu cukup ramah bagi mereka.

Lalu, sebenarnya, apa yang membuat interview kerja terasa begitu sulit bagi Gen Z?

1. Terlalu Banyak "Harapan Tak Tertulis"

Pernahkah kamu merasa sudah mempersiapkan segala hal---CV, portofolio, bahkan jawaban untuk pertanyaan jebakan seperti "apa kelemahan Anda?"---tapi tetap saja keluar dari ruangan dengan rasa tidak yakin?

Banyak perusahaan memiliki harapan-harapan yang tidak mereka sampaikan secara eksplisit. Mereka ingin kandidat yang "cepat belajar," "bisa kerja di bawah tekanan," "punya inisiatif tinggi"---tapi jarang dijelaskan seperti apa bentuknya. Gen Z, yang tumbuh di tengah transparansi digital dan budaya open communication, merasa gamang ketika menghadapi norma-norma kerja yang implisit dan penuh teka-teki.

2. Generasi yang Terbiasa Autentik vs Dunia Kerja yang Penuh Topeng

Gen Z dibesarkan dalam budaya digital yang menekankan keaslian dan ekspresi diri. Mereka terbiasa menyampaikan opini dengan jujur, menolak basa-basi, dan tidak segan menyuarakan nilai-nilai yang mereka pegang---mulai dari kesehatan mental hingga keadilan sosial.

Namun, ketika masuk ke ruang interview, keautentikan ini sering dianggap tidak profesional. Pertanyaan seperti "kenapa kamu ingin bekerja di sini?" dianggap harus dijawab dengan kalimat manis, bukan jujur. Ketika Gen Z menjawab dengan tulus, seperti "karena saya butuh pengalaman dan penghasilan tetap," mereka dinilai kurang motivasi atau tidak punya visi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun