Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hangatnya Sup, Hangatnya Jiwa: Ketika Makanan Jadi Pelukan Tanpa Kata

14 Juni 2025   23:44 Diperbarui: 14 Juni 2025   23:44 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GAMBAR ILUSTRASI (Dokumen Pribadi/Diolah dengan Sistem Generative AI)

Biasanya makanan ini berkaitan dengan masa kecil, rumah, atau momen spesial.

Suhu hangat itu sendiri membantu tubuh lebih tenang. 

Tapi yang lebih kuat justru sensasi emosional yang menyertainya---aroma, rasa yang akrab, dan tentu, kehadiran seseorang yang menyajikannya.

Dalam kondisi krisis, kita seringkali memblokir semuanya: nasihat, motivasi, bahkan bantuan profesional. 

Tapi satu hal yang sering tembus pertahanan itu: perhatian kecil yang tulus. Dan makanan hangat adalah salah satunya.

Soto, Sup, dan Sepiring Kehadiran

Kisah Kirana bukan satu-satunya. Di Bantul, seorang pria berinisial OIB sempat mencoba mengakhiri hidupnya. 

Namun, keesokan harinya, ia ditemukan... sedang makan soto bersama keluarganya.

Terdengar sederhana? Memang. Tapi justru di kesederhanaan itu, ada kehadiran yang nyata. Ada bukti bahwa ia masih dicintai. Bahwa ia tidak sendirian.

Dan kadang, yang kita butuhkan hanyalah itu.

Peluklah Lewat Sendok dan Mangkuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun