Ibadah haji seharusnya menjadi puncak spiritual umat Islam---momen suci penuh kekhusyukan dan pengorbanan.Â
Namun sayang, Haji 2025 justru dibayangi oleh kekacauan yang membuat jemaah lebih sibuk menghadapi masalah teknis daripada beribadah dengan tenang.
Mulai dari keterlambatan transportasi, tenda penuh sesak, hingga dugaan pungli, semuanya seolah jadi satu dalam "drama besar" penyelenggaraan haji tahun ini.Â
Alih-alih menginspirasi ketenangan batin, banyak jemaah justru harus melatih kesabaran ekstra... bahkan sampai level "nabi-nabi-an".
DPR: Kemenag Kurang Belajar dari Masa Lalu
Anggota Timwas DPR, Adies Kadir, menyebut Kementerian Agama (Kemenag) gagal mengantisipasi persoalan yang sebenarnya sudah bisa diprediksi.Â
Ia menyampaikan, "Kementerian Agama kurang antisipasi terhadap proses haji tahun 2025. Mereka tidak mengambil pelajaran dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya."
Adies mencatat berbagai masalah teknis yang tampak sepele---jemaah tertinggal rombongan, tempat istirahat yang tak tersedia, konsumsi yang terlambat---namun jika dikumpulkan, membentuk mozaik besar ketidaksiapan total.
Kritikan juga datang dari distribusi petugas haji yang tidak merata.Â
Banyak titik padat tanpa pendampingan memadai, membuat jemaah seperti "turis spiritual" yang kehilangan pemandu wisata.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!