Perilaku konsumsi semacam ini diperparah dengan kurangnya pemahaman tentang manajemen keuangan pribadi.
Data dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berada pada angka 49,68%.Â
Artinya, lebih dari separuh penduduk belum memiliki pemahaman finansial yang memadai.Â
Di sisi lain, data OJK per Maret 2025 mencatat bahwa pengguna paylater di Indonesia telah menembus angka 18 juta akun aktif, dengan mayoritas pengguna berusia 20 hingga 35 tahun.
Generasi Muda dan Perubahan Pola Konsumsi
Layanan paylater mencerminkan pergeseran pola konsumsi generasi muda dari paradigma saving-oriented menjadi spending-oriented.Â
Jika generasi sebelumnya lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang dan mengutamakan tabungan, generasi milenial dan Gen Z lebih terbuka pada kredit konsumtif yang memungkinkan akses instan terhadap barang dan layanan.
Sosiolog digital dari Universitas Indonesia, Dr. Tri Wahyuni, menyebut fenomena ini sebagai "normalisasi utang gaya hidup".Â
Dalam wawancaranya dengan media daring pada April 2025, ia mengungkapkan bahwa generasi muda cenderung menyepelekan risiko jangka panjang dari kebiasaan mencicil, terutama untuk kebutuhan yang bersifat rekreatif, seperti gadget terbaru, liburan dadakan, atau produk fashion.
Hal ini terlihat dari tingginya volume transaksi paylater untuk kategori non-esensial.Â
Data internal salah satu platform e-commerce besar menunjukkan bahwa 60% transaksi paylater pada kuartal pertama 2025 digunakan untuk pembelian elektronik, kosmetik, dan pakaian.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!