Apa yang kita harapkan saat duduk di kursi bioskop, lampu perlahan padam, layar lebar menyala, dan kita tahu bahwa kita akan bertemu lagi dengan Ethan Hunt? Deru ledakan? Baku pukul menegangkan? Aksi nekat tanpa tali pengaman? Atau mungkin sekadar nostalgia akan sosok pahlawan yang tak pernah mengeluh meski dikhianati negaranya sendiri?
Di usia franchise Mission: Impossible yang sudah hampir tiga dekade, dan usia Tom Cruise yang menapak 62 tahun, film kedelapan ini datang bukan sekadar untuk menghibur.Â
Ia seperti salam perpisahan yang menggugah, namun belum sungguh-sungguh mengucap selamat tinggal. Judulnya pun ambigu: Mission: Impossible -- The Final Reckoning. Final, tapi... betulkah?
Saat Dunia Nyata Menjadi Fiksi, dan Fiksi Menjadi Nyata
Adegan pembuka film ini mengajak kita masuk ke ruang nostalgia sekaligus kecemasan mutakhir. Sebuah gumpalan piksel biru berputar di layar IMAX.Â
Menonton dalam format ini seperti ikut tersedot masuk ke dunia Ethan Hunt.Â
Piksel biru itu adalah ancaman utama dalam film ini: The Entity---sebuah kecerdasan buatan (AI) yang telah mengambil alih ruang digital dan memanipulasi realitas.
Sebuah alegori yang sangat terasa relevansinya.Â
Ketika hari ini kita hidup di tengah banjir informasi palsu, deepfake, dan manipulasi algoritma, The Entity bukan sekadar tokoh antagonis fiksi.Â
Ia mencerminkan ketakutan kolektif umat manusia akan dunia maya yang makin tak terkontrol.