Seiring meredanya pandemi Covid-19, istilah "normal baru" atau new normal kembali muncul dalam diskursus publik. Istilah ini merujuk pada suatu kondisi kehidupan sosial dan ekonomi yang berjalan dengan adaptasi terhadap protokol kesehatan, termasuk di sektor-sektor yang sangat bergantung pada mobilitas masyarakat seperti perhotelan.Â
Namun bagi industri perhotelan, "normal baru" sejatinya bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Sejak pandemi melanda pada awal 2020, banyak hotel di Indonesia yang telah menyesuaikan diri dengan standar dan prosedur baru demi kelangsungan usaha dan perlindungan bagi para tamu dan karyawan.
Artikel ini akan mengulas bagaimana sektor perhotelan menghadapi "normal baru" bukan sebagai disrupsi belaka, melainkan sebagai katalis untuk perubahan yang lebih berkelanjutan. Kita akan menelisik bagaimana protokol kesehatan diterapkan, inovasi layanan dilakukan, dan strategi bertahan dijalankan oleh pelaku industri perhotelan di Indonesia.
Transformasi Protokol Kesehatan sejak Awal Pandemi
Pandemi Covid-19 memaksa dunia usaha untuk beradaptasi secara cepat dan drastis. Di sektor perhotelan, standar operasional prosedur (SOP) yang selama ini berjalan normal harus ditinjau ulang. Mulai dari penerapan check-in contactless, pengukuran suhu tubuh, penggunaan disinfektan, hingga penyediaan hand sanitizer di area publik---semua menjadi rutinitas harian baru yang awalnya mungkin terasa asing, namun kini menjadi bagian dari budaya kerja dan pelayanan hotel.
Bahkan, beberapa hotel yang menjadi tempat isolasi mandiri pasien Covid-19 menerapkan protokol kesehatan yang jauh lebih ketat, termasuk penyediaan APD bagi staf, prosedur sanitasi ruangan secara berkala, hingga pembatasan interaksi langsung antara tamu dan petugas. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perhotelan adalah salah satu yang paling awal dan paling siap dalam menghadapi dinamika normal baru.
Adaptasi Sebagai Kebutuhan, Bukan Pilihan
Pandemi memperjelas satu hal penting: adaptasi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kebutuhan. Bagi pelaku industri perhotelan, adaptasi mencakup tiga ranah utama: operasional, teknologi, dan komunikasi.
1. Operasional:
Hotel-hotel yang bertahan adalah yang mampu mengurangi biaya tanpa mengorbankan kualitas layanan. Penyesuaian operasional dilakukan dengan cara efisiensi tenaga kerja, digitalisasi prosedur internal, serta pengurangan layanan non-esensial.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!