Bagi investor ritel maupun institusi, strategi dalam menghadapi kondisi seperti ini adalah mengelola portofolio secara seimbang.Â
Alih-alih menaruh semua dana ke satu aset berisiko, diversifikasi ke beberapa instrumen bisa menjadi langkah bijak.Â
Saham-saham defensif, obligasi pemerintah jangka pendek, bahkan instrumen pasar uang bisa menjadi alternatif untuk mengelola volatilitas.
Investor juga perlu melakukan rebalancing portofolio secara berkala.Â
Evaluasi ulang alokasi aset dan sesuaikan dengan tujuan keuangan serta toleransi risiko masing-masing.Â
Dalam jangka panjang, strategi ini terbukti lebih konsisten menghasilkan hasil yang stabil dibanding strategi spekulatif yang hanya mengandalkan momentum jangka pendek.
Kesimpulan: Menjelang Titik Kritis
Menjelang Juni 2025, pasar saham global memasuki titik kritis.Â
Di satu sisi, ada potensi penguatan lanjutan bila data fundamental mendukung.Â
Di sisi lain, ada risiko koreksi tajam yang bisa muncul kapan saja jika ekspektasi tidak sejalan dengan realita.Â
Investor yang bijak akan menahan diri dari keputusan emosional dan lebih mengedepankan disiplin dalam analisis.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!