Mohon tunggu...
Harmen Batubara
Harmen Batubara Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Buku

Suka diskusi tentang Pertahanan, Senang membaca dan menulis tentang kehidupan, saya memelihara blog wilayah perbatasan.com, wilayahpertahanan.com, bukuper batasan .com, harmenbatubara.com, bisnetreseller.com, affiliatebest tools.com; selama aktif saya banyak menghabiskan usia saya di wialayah perbatasan ; berikut buku-buku saya - Penetapan dan Penegasan Batas Negara; Wilayah Perbatasan Tertinggal&Di Terlantarkan; Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan; Mecintai Ujung Negeri Menjaga Kedaulatan Negara ; Strategi Sun Tzu Memanangkan Pilkada; 10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada Dengan Elegan; Papua Kemiskinan Pembiaran & Separatisme; Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI; Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah; Cara Mudah Dapat Uang Dari Clickbank; Rahasia Sukses Penulis Preneur; 7 Cara menulis Yang Disukai Koran; Ketika Semua Jalan Tertutup; Catatan Blogger Seorang Prajurit Perbatasan-Ketika Tugu Batas Digeser; Membangun Halaman Depan Bangsa; Pertahanan Kedaulatan Di Perbatasan-Tapal Batas-Profil Batas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadikan Wilayah Perbatasan, Etalase Bisnis Kawasan

3 Maret 2010   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Selama ini Kalimantan telah menjadi primadona penghasil devisa bagi Indonesia. Tetapi harus kita akui, bahwa kita baru sekedar menjualnya secara bahan baku. Baru setingkat diatas budaya, barter. Artinya, Negara kita secara sadar. Hanya sekedar, cari gampangnya saja. Lihat misalnya, kayu serta minyak dan gas sempat menjadi komoditas ekspor utama yang luar biasa. Setelah potensi komoditas itu mulai berkurang, mulailah dibuka tambang batu bara terutama di kawasan timur dan tengah sampai selatan. Sayangnya lagi, pemerintah kita tidak mampu menjaga lingkungannya. Jadi kalau tidak hati-hati, maka setelah semua bahan baku komoditas itu habis, maka Negara kita tinggal kerangkanya saja atau tinggal banjirnya saja, dan kita hanya bisa meratapinya.

Kalimantan juga menjadi basis utama penghasil pupuk urea di Indonesia. Dengan ketersediaan gas dalam jumlah dan kualitas, tidaklah mengherankan hampir 70 persen pupuk urea dihasilkan dari kawasan ini. Hanya saja, seperti halnya komoditas hutan dan tambang, sebagian besar pupuk tersebut dikirim ke daerah lain. Sehingga nilai tambah terbesarnya bukan didapat Kalimantan. Kemudiantelah pula dimulai pembukaan lahan untuk perkebunan sawit dan penanaman singkong untuk produksi tepung berasal dari ubi kayu itu.

Kalimantan juga merupakan kawasan yang mempunyai potensi air dari berbagai sungai besarnya seharusnya dapat berperan lebih. Bahkan bisa menjadi jawaban atas krisis dunia akan kelangkaan FEW (food, energy, dan water). Kalau kita melihat negeri tetangga, potensi seperti itu, justeru mampu mereka jadikan jadi pusat pembangkit tenaga listrik di kawasan. Di Sarawak sekarang terdapat 14 buah Dam besar, yang akan dijadikan sentra pembangkit tenaga listrik kawasan, yang hasilnya nanti akan di pasarkan ke kawasan, termasuk ke semenanjung Malaysia, bahkan pemda Kalbar sendiri sudah memanfaatkannya dengan menjadi pelanggan listrik tersebut.

Tidak heran jika pertumbuhan ekonomi Kalimantan memang tetap memperlihatkan tren berkembang, meski tidak setinggi yang ada di Jawa ataupun di Sulawesi. Namun demikian Kalimantan mempunyai angka yang lebih mengesankan dalam penyaluran kredit maupun angka pengeluaran per kapitanya. Demikian juga laju pertumbuhan penduduk, yang disebabkan migrasi dari Jawa, seharusnya dapat memberikan dorongan bagi laju perdagangan yang luar biasa. Sayang semua itu tidak menemukan jati dirinya. Ibarat berjalan dia mati langkah.

Peluangnya banyak, khususnya kalau negeri kaya itu dapat mengelola wilayah perbatasannya dengan tepat. Tetapi justeru di sanalah persoalannya. Pola pembangunan, ternyata hanya ikut arus saja, kemana mampunya pasar. Tetapi saying, gerakannya itu tidak diimabangi dengan pembangunan infrastruktur kawasan perbatasan. Bagi pemda sendiri, wilayah perbatasan adalah wilayah yang jarang penduduknya, dan sangat terisolasi. Bayangkan, dari panjang perbatasan yang 2004 km dari Tanjung Datu di Kalbar sampai Pulau Sebatik di Kaltim, ga ada jalannya. Hutannya, malah di jadikan taman nasional milik Dunia, tetapi sayangnya, warga lokalnya diterlantarkan. Bagi pemda, yang prioritasnya adalah pembangunan wilayah perkotaannya, karena memang di sanalah warganya beranak pinak. Mereka berharap pemerintah pusatlah yang membangun wilayah perbatasan. Sayangnya di pusat sendiri, yang menangi wilayah perbatasan itu banyaknya bukan main. Itu artinya, untuk mendudukan mereka dalam satu rapat bersama saja susahnya bukan main. Maka jadilah wilayah perbatasan, sebagai daerah tempat jin membangun kerajaannya.

Seandainya pembangunan di Kalimantan di padukan dengan pembangunan Sarawak dan Sabah, serta menjadikan wilayah perbatasan sebagai simpul pentriggernya, maka alangkah cepatnya wilayah itu bisa berkembang. Tapia rah ke sana saja,nampaknya belum ada. Tapi untunglah, pemerintah telah mengeluarkan suatu Perpres tentang lahirnya suatu Badan Nasional Pengelola Perbatasan, yakni dengan dikeluarkannya perpres no; 12 Tahun 2010 tanggal 28 Januari yang lalu. Harapannya hanya dicurahkan kesana? Semoga badan ini dapat melihat potensi wilayah perbatasan dan punya kemampuan untuk membangunnya secara terintegrasi dengan wilayah regionalnya. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun