Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cak Nun dan Sengkarut Politik Oligarki

21 Februari 2019   06:52 Diperbarui: 21 Februari 2019   07:06 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simbol yang sebenarnya dimanipulsai oleh dalang dipuja sedemikian tinggi. Indikator masyarakat terhadap pemimpin dan kepemimpinan telah berangsur hilang. 

Keteladanan pemimpin bagi orang Islam sudah tentu tolak ukurnya adalah Nabi Muhammad SAW. Perubahan besar harus dimulai dari perubahan yang kecil, dan perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri, sebagaimana poin dari pengabdian diri kepada Allah adalah tentang kecintaan diri. 

Satu hal dari banyak hal yang harus ditiru dan diteladani dari Nabi Muhammad SAW bukan hanya perilaku yang sifatnya artifisial, namun justru yang sifatnya lebih humanis. 

Perubahan struktural hanya bisa dimungkinkan jika diawali dari perubahan kultural, dan perubahan tersebut hanya bisa dimungkinkan jika diawali dari perubahan individual. Perbaikan dan perubahan individu manusia merupakan hal paling penting saat ini. 

Merubah cara pandang terhadap kualitas calon pemimpin adalah hal utama yang harus kita bangun kembali jika kita bersungguh-sunguh ingin tidak hanya berhenti sebagai pemimpi yang paham akan kepemimpinan. 

Setiap personal harus sering melatih dan mengasah kepekaan cara berpikir dan kepekaan cara pandangnya sehingga selalu memiliki pembaharuan pemikiran terhadap parameter pemimpin bukan abal abal namun diharapkan mumpuni dalam mengambil setiap kebijakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun