Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Miskin Secara Kaffah

4 November 2018   11:12 Diperbarui: 4 November 2018   11:25 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekayaan dan Kemiskinan hanya ilusi. || Sumber Gambar: Haris Fauzi Photo.

Jika agama hendak menciptakan kesalehan sosial dan menghindarkan diri dari hanya sekedar menjadi pelipur lara dan tempat berkeluh kesah, agama harus mentransformasikan diri menjadi alat yang canggih untuk melakukan perubahan sosial, menjadi sebuah agen yang secara aktif melakuan perubahan terhadap tatatanan sosial yang telah usang yang dengan sendirinya telah memiliki mekanisme sosial-legal dan politik ekonomi yang digunakan untuk mempertahankan hak-hak dan kekuasaan "kasta yang tinggi" dan kelas atas.

Karena sebenarnya, meskipun teologi berasal dari teks skriptual yang diwahyukan oleh Tuhan, sebagian bersifat situasional-konteksual dan normatif-metafisis. Ruhnya yang militan tampak ketika teologi tetap mengidentifikasikan dirinya dengan kaum tertindas. Namun, karakter metafisis-spekulatif akan terlihat semakin menonjol manakala teologi mengidentifikasikan dirinya dengan kemapanan yang kemudian bersatu dengan gerakan keagamaan.

Menurut Asghar Ali Engineer, diskusi ihwal islam dan tantang kemiskinan sangat menarik manakala kita telah memahami pendekatan yang dipakai Al Quran dalam membahas masalah tertentu yang berkaitan dengan hal tersebut. Adapun pendekatan yang dipakai oleh Al Quran ialah dengan menggambarkan para penguasa, pemimpin dan meraka yang di atas sebagai orang mustakbirin (sombong, mabuk kekuasaan) dengan menyebut rakyat jelata dengan mustadafiin (lemah dan tertindas). 

Nabi-nabi selalu berasal dari golongan orang yang lemah dan berjuang demi membebaskan mereka dari cengkraman para penindas. Bagaimana kita tahu nabi Musa. Dia melawan firun yang kuat demi membebaskan bangsa Israel yang tertindas. Bagaimana kita lihat nabi Nuh yang ditolak oleh pemuka masyarakat ketika menyebarkan dakwahnya. Dan banyak nabi-nabi yang lain yang mendapat tantangan keras ketika menyebarkan dakwahnya termasuk nabi sang penutup, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Peristiwa sejarah yang dikupas oleh al Quran di atas dapat kita jadikan kiasan. Bahwa ketertindasan bukanlah merupakan takdir tuhan yang jika dinginkan perubahan hanya dengan menerima takdir semata tanpa ada gerakan dan upaya untuk menghindarinya. Secara tidak langsung, tuhan, melaui nabinya, menginginkan manusia menjadi makhluk yang aktif. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan teologi yang dianut oleh faham jabariyah yang memercayakan segalanya kepada tuhan. Kaum jabariah berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya merupakan kehendak dan perbuatan tuhan.

Al Quran dengan jelas dan tanpa ragu-ragu berdiri dipihak golongan masyarakat lemah dalam menghadapi para penindas. Teologi Qurani tidak hanya dengan keras mengecam eksploitasi, arogansi kekuasaan dan penindasan terhadap kaum lemah. Namun, juga, memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk memerangi orang jahat demi menyelamatkan mereka yang tertindas.

Rosul membenci kemiskinan dan kelaparan. Hadis yang diriwayatkan oleh Nissi menyebutkan, "Ya tuhan, aku berlindung kepadamu dari kemiskinan, kekurangan dan kehinaan, dan aku berlindung kepadamu dari keadaan teraniaya dan perilaku aniaya terhadap orang lain".

Yang perlu dicermati dari hadits di atas, setelah mereka kaum lemah bebas dari ketertindasan, maka mereka juga berlidung dari menjadi seorang penindas. Ibaratnya, lupa daratan.

Dakwah Kaum Tertindas Sebagai Alat Transformasi Sosial

Transformasi bagi kaum tertindas merupakan suatu proses secara fundamental untuk menciptakan hubungan yang baru dan lebih baik. Dengan batasan seperti ini, maka sesungguhnya keseluruhan proses transformasi itu bagi teologi kaum tertindas merupakan proses dakwah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun