Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Islam Mengentaskan Kemiskinan Indonesia?

4 November 2018   07:24 Diperbarui: 4 November 2018   07:53 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjemput Rezeki adalah cara mensyukuri nikmat Tuhan. || Sumber gambar: Haris Fauzi Photo

Paradigma Teologi Islam

Agama sebagai doktrin dan nilai memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat. Pemahaman keagamaan masyarakat akan memberi warna tersendiri bagi kehidupan sosialnya. Hal ini juga diakui oleh para pemikir seperti Robert N. Bellah dan Jose Casanova. 

Mereka mengakui pentingnya peran agama dalam kehidupan sosial politik masyarakat dunia. Agama bukan hanya pelengkap tetapi menjadi salah satu komponen penting yang cukup berpengaruh didalam berbagai proses globalisasi. Karena itu, maka perlu kiranya kita memahami sejauh mana posisi agama dalam merespon berbagai persoalan kemasyarakatan.

Dalam menjawab tantangan globalisasi terhadap masyarakat masyarakat miskin yang tertindas di Indonesia, Mansour Fakih membagi paradigma umat islam di Indonesia menjadi empat bagian:

Pradigma Tradisionalis

Paradigma Tradisionalis percaya bahwa permasalahan kemiskinan kaum tertindas adalah ketentuan dan rencana tuhan. Mereka meyakini bahwa hanya tuhan yang maha tahu apa arti dan hikmah di balik ketentuan tersebut. Mereka tidak tahu tentang gambaran besar sekenario tuhan dari perjalanan panjang umat manusia. Masalah kemiskinan sering kali adalah "ujian" atas keimanan.

Akar teologi ini bersumber dari teologi tradisional yang sering dikenal dengan golongan Ahlussunnah. Sebagaimana dicatat dalam sejarah tologi islam, ia merupakan aliran tertua yang bersumber dari pemikiran abu Hasan Al Asyari.

Paradigma Medernis

Pemikiran kaum medernis tentang kemiskinan dan keterbelakangan kaum tertindas, sepaham dengan pemikiran modernisasi sekuler. Mereka percaya bahwa masalah yang dihadapi kaum tertindas berakar pada persoalan "karena ada yang salah dari sikap mental, budaya ataupun teologi mereka". Mereka menyerang teologi sunni yang dijuliki sebagai kaum fatalistik.

Pemikiran ini berakar pada pemikiran para reformis islam sebelumnya seperti para teolog mutazilah dan gerakan neo-Mutazilah seperti Muhammad Abduh di Mesir atau Mustafa Kamal di Attarurk Turki. Di Indonesia pernah mempengaruhi pemikiran Muhammadiyah.

Paradigma Revivalis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun