Saya awali dengan menyatakan bahwa disini saya tidak sedang mengkritik Ibnu Taymiyyah (w. 728 H), karena siapalah kita mengkritik ulama'. Hanya saja, kita coba telusuri sejarah. Dari sejarah, kita banyak belajar.
Tak jarang kita membaca aksi heroik Ibnu Taymiyyah (w. 728 H) yang dengan gagah berani jihad melawan Bangsa Tartar, dari situlah beliau digelari dengan Sang Mujahid selain Sang Mujadid.
Hal yang terbersit dalam pikiran ketika menyebut Bangsa Tartar adalah sebuah bangsa yang tak berperadaban, suka merusak dan pastinya kafir; dimana Baghdad sebagai pusat peradaban Islam porak-poranda dihancurkan oleh Bangsa Tartar pada tahun 656 H.
Titik Kejanggalan
Tapi, setelah membaca kitab al-Biadayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir (w. 774 H); salah seorang murid langsung Ibnu Taymiyyah, saya rasa ada hal yang janggal, paling tidak itu yang saya rasa.
Janggalnya adalah perang Ainjalut; perang yang menjadi sejarah dunia kekalahan Bangsa Tartar setelah sebelumnya belum pernah dikalahkan. Perang ini terjadi sekitar tahun 658 H, atau 3 tahun sebelum Ibnu Taymiyyah lahir.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa ternyata Bangsa Tartar telah masuk Islam beserta rajanya yang bernama Qazan bin Arghun pada tahun 694 H. Sedang jihad Ibnu Taymiyyah terhadap Bangsa Tartar itu terjadi pada Ramadhan tahun 702 H, 8 tahun setelah Raja dari Bangsa Tartar masuk Islam. Perang ini disebut dengan perang Syaqbah.
Nah, jihad seperti apakah itu? Berikut kronologi sejarahnya:
Kronologi Sejarah
656 H: Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan dari bangsa Tartar.
658 H: Perang Ainjalut, Bangsa Tartar kalah oleh kaum muslimin dan Baghdad kembali ke tangan umat Islam. [3 tahun sebelum Ibnu Taymiyyah lahir]