Mohon tunggu...
Haris Jauhari
Haris Jauhari Mohon Tunggu... Freelancer

Freelancer yang enggak free, suka nulis teknologi, travel story, tempat wisata, seni budaya, Islam dan berbagai hal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Antara Bank Konvensional & Syariah: Solusi Sejati atau Sekedar Pemanis

4 Juni 2025   11:04 Diperbarui: 4 Juni 2025   11:04 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam dunia perbankan Indonesia, dua istilah yang sangat populer adalah bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional identik dengan pinjaman berbunga yang jelas-jelas diharamkan (catatan: menurut sebagaian besar pendapat ulama) dalam Islam karena mengandung riba. Sedangkan bank syariah hadir sebagai alternatif yang menjanjikan sistem pembiayaan tanpa riba, dengan akad-akad yang sesuai syariat Islam.

Namun, benarkah bank syariah ini adalah solusi sejati bagi umat Muslim? Atau sebenarnya hanya sebatas label dan branding yang berbeda, sementara hakikatnya dari sisi biaya yang harus ditanggung nasabah nyaris sama dengan bank konvensional?

Apa Itu Riba dan Mengapa Harus Dihindari?

Islam dengan tegas melarang riba. Riba secara sederhana adalah tambahan uang yang diperoleh dari pinjaman secara tidak adil, yang memberatkan peminjam. Larangan riba bukan tanpa alasan: riba menyebabkan ketimpangan, penindasan, dan menjauhkan manusia dari keadilan sosial.

Bank konvensional menggunakan sistem bunga (interest), di mana nasabah yang meminjam uang harus membayar kembali pokok plus bunga yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dan waktu tertentu. Sistem ini jelas riba.

Bank syariah hadir dengan akad-akad yang berbeda, seperti murabahah (jual beli dengan margin keuntungan), ijarah (sewa), dan musyarakah (kerja sama usaha). Secara teori, sistem ini lebih adil karena tidak ada tambahan uang yang dipaksakan hanya karena waktu.

Realita Biaya Pembiayaan Bank Syariah

Namun jika kita lihat lebih dalam, biaya yang harus dibayar nasabah bank syariah ternyata hampir setara dengan biaya pinjaman di bank konvensional.

Contohnya, seseorang mengajukan pembiayaan murabahah senilai Rp100 juta dengan margin keuntungan 20%. Maka total pembayaran yang harus dilakukan adalah Rp120 juta, dicicil selama jangka waktu tertentu.

Di sisi lain, bank konvensional dengan bunga 20% selama jangka waktu yang sama juga akan menghasilkan pembayaran total yang kurang lebih sama.

Perbedaan utama hanya di istilah, bukan pada beban finansial nasabah.

Mengapa Ini Bisa Terjadi?

Ada beberapa alasan mengapa bank syariah tidak bisa serta-merta memberikan biaya pembiayaan yang jauh lebih murah daripada bank konvensional:

  1. Biaya Operasional yang Sama
    Bank syariah harus menjalankan operasionalnya dengan cara yang tidak jauh berbeda dari bank biasa. Mereka tetap perlu menutupi biaya pegawai, infrastruktur, teknologi, dan lain-lain.

  2. Regulasi dan Kebijakan Moneter yang Sama
    Bank syariah tetap beroperasi di bawah aturan dan pengawasan yang sama dengan bank konvensional. Misalnya, tingkat suku bunga acuan (BI Rate) tetap menjadi referensi biaya modal bank.

  3. Model Bisnis yang Mirip
    Akad-akad syariah saat ini banyak mengadaptasi model jual beli dengan margin yang dipatok di muka, sehingga secara ekonomi hasil akhirnya mirip dengan bunga.

  4. Persaingan Pasar
    Bank syariah juga harus bersaing secara komersial agar tetap survive dan menarik nasabah. Ini membuat mereka menetapkan margin keuntungan yang kompetitif, kadang tidak jauh berbeda dengan bunga bank konvensional.

Apakah Bank Syariah Hanya "Pemanis"?

Banyak orang berharap bank syariah dapat benar-benar memberikan solusi pembiayaan tanpa riba yang murni dan adil. Namun kenyataannya, sistem saat ini cenderung meminjam "wajah" syariah sebagai pemanis agar masyarakat Muslim merasa aman dan sesuai dengan ajaran agama.

Jika total biaya yang harus dibayar hampir sama, maka apakah sistem syariah yang dipakai sudah benar-benar menghindari riba, atau hanya mengubah istilah saja?

Ini menjadi pertanyaan yang sangat penting, karena umat membutuhkan solusi ekonomi yang benar-benar berbeda, bukan sekadar pergantian kata.

Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Umat

Ketika bank syariah hanya menjadi "label" dan bukan solusi substansial, dampaknya terhadap masyarakat bisa beragam:

  • Munculnya persepsi keliru bahwa semua pinjaman di bank syariah aman dan halal, padahal beban keuangan bisa tetap berat.

  • Kesulitan dalam mengakses pembiayaan murah yang benar-benar adil dan berkeadaban.

  • Risiko kekecewaan dan hilangnya kepercayaan terhadap lembaga keuangan syariah.

  • Terus terjebaknya umat dalam siklus utang yang membebani kehidupan sehari-hari.

Apa Solusinya?

Untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yang sesungguhnya, perlu ada:

  • Inovasi model bisnis pembiayaan yang benar-benar adil dan tidak sekadar mengubah istilah.

  • Keterlibatan ulama, ekonom, dan regulator dalam menciptakan standar dan pengawasan yang lebih ketat terhadap praktik perbankan syariah.

  • Pendidikan ekonomi dan literasi keuangan agar umat dapat memahami perbedaan substansi, bukan hanya label.

  • Alternatif pembiayaan berbasis komunitas dan koperasi syariah, yang mungkin lebih dekat dengan konsep keadilan ekonomi Islam.

Kesimpulan: Jangan Terjebak Label, Carilah Esensi

Bank syariah memiliki niat baik untuk menghindari riba dan memberikan solusi sesuai syariat Islam. Namun kenyataannya, sistem perbankan syariah saat ini belum mampu memberikan perbedaan ekonomi yang signifikan dibandingkan bank konvensional.

Hanya dengan mengganti istilah dan akad tanpa perubahan struktural, solusi yang diharapkan belum benar-benar tercapai. Umat perlu kritis dan cerdas memahami tawaran sistem keuangan syariah agar tidak terjebak dalam ilusi kehalalan yang semu.

Akhir kata, mari kita dorong perkembangan ekonomi Islam yang tidak hanya syariah dalam kata, tetapi juga adil dan berkeadaban dalam praktik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun