Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sanghyang Jaran, Kuda Lumping Khas Tanah Bali

29 November 2015   09:44 Diperbarui: 29 November 2015   13:14 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarian sanghyang jaran sendiri merupakan tarian khas Bali yang tergolong tarian sakral. Tak banyak yang bisa melakonkannya. Awalnya, tarian ini dipentasakan saat upacara adat untuk melakukan pengusiran roh dan tolak bala. Saat tarian dipentaskan dalam upacara keagamaan, sesaji dan ritual penyucian yang dilakukan lebih lengkap dan khidmat.

Kini, banyak sanggar yang menampilkan Sanghyang Jaran dengan upacara yang lebih sederhana namun tak menghilangkan cita rasa aslinya. Saat ditanya apakah Ketut Sutape kesurupan, Penari yang sudah menari sejak sekolah dasar itu hanya berkelakar, dibilang kesurupan ia bisa sadar dan ingat betul wajah para penonton, dibilang tidak kesurupan pun, mana mungkin ia berani menerobos api panas tersebut. Sekali lagi, keyakinan akan kekuatan Tuhan nampaknya tertanam kuat dalam benak Bli Ketut Sutapa.

Selain tarian Sanghyang Jaran, di panggung Sahadewa diperankan pula tari epos Ramayana yang mengisahkan cerita cinta nan abadi antara Dewi Sita dan Sri Rama. Dilakonkan dengan penuh penghayatan sehingga mengguratkan ekspresi yang kuat dari penarinya. Selain tarian Ramayana, Tari sanghyang dedari pun dipentaskan tak kalah memukau, lirikan mata dan jentikan jari dua penari yang terbilang cantik ini begitu memikat pasang mata hingga tak bisa beranjak dari pentas.

Seorang Penari tengah memainkan lakon Ramayan dengan penuh penghayatan (Dok. Pribadi)

Saking khidmatnya, tak banyak gambar yang bisa saya ambil. Meski sudah berbebekal kamera dengan lensa tele milik teman, tetap saja, rasanya saya ingin melihat paket lengkap pagelaran tari ini dengan mata kepala sendiri. 

Di bawah asuhan Ketut Sutapa, sanggar dan Pentas Sahadewa tak lekang ditelan modernisasi. Di tengah persaingan pementasan tari Bali, Sahadewa tetap bertahan karena melahirkan banyak inovasi, selain itu sesuai dengan keyakinan Ketut Sutape, jika dijalani dengan ikhlas, semua akan mendatangkan keberkahan. Penari yang telah memulai karir tarinya sejak dua puluh lima tahun silam ini pun enggan jika harus sering tampil di pentas luar negeri.

Ketut Sutape tengah antusias menjawab semua pertanyaan peserta Blogtrip (Dok. Pribadi)

Meski beberapa kali mendapatkan undangan untuk tampil di acara-acara di luar negeri seperti di Singapura dan beberapa negara tetangga lain namun nampaknya, bagi Bli Ketut Sutapa, lebih memusakan rasanya jika karyanya dinikmati di rumahnya sendiri di Tanah Dewata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun