Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kala Promo Bukan Lagi Segalanya dalam Bisnis Apps

4 November 2019   20:18 Diperbarui: 4 November 2019   20:20 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari screenshot twitter, hanya untuk informasi.

Hari ini karena sedang tak ada uang untuk traveling ke luar kota, saya berusaha berhemat dengan membeli apapun secara online. "Minimal waktu saya tidak terbuang untuk pergi belanja ke sana ke mari," pikir saya. 

Anak dan istri pun senang karena bisa makan dan minum kesukaan mereka tanpa harus berjalan ke mana-mana. Tinggal buka di Gojek atau Grab, semua bisa sampai dalam waktu kurang dari setengah jam. Bayangkan borosnya mengajak keluarga ke pusat perbelanjaan, karena pasti ada saja tambahan ini itunya karena lapar mata.

Urusan uang elektronik mana yang saya gunakan, sebenarnya sama saja. Gopay, OVO, Link Aja, dan lainnya. Sesuai kebutuhan. Untuk belanja online di Tokopedia saya lebih suka OVO, untuk pesan makanan, saya lebih suka via Gofood sehingga butuh juga Gopay. Untuk tol, linkaja dan emoney lebih saya favoritkan. Jadi semua jenis pembayaran okelah. 

Karena hari ini pulsa sudah habis dan lupa beli lagi, akhirnya saya coba topup di Alfamart. Tapi heran, di beberapa tempat mengisi OVO, ternyata ditolak dengan alasan di sistem tidak tersedia. Sudah beberapa minimarket saya coba, alasannya sama. 

Cek punya cek dengan beberapa teman di WAG, katanya memang Alfamart menghentikan kerjasama pengisian OVO. Alamak... padahal hampir semua kehidupan sekarang bergantung kepada transaksi elektronik. Cemana pula ini minimarketnya malah ambil langkah mundur.

Tapi soal apakah benar isu yang dibilang teman saya itu, saya masih belum bisa memastikan, karena digoogle pun kabar tersebut tidak bertemu. Saya, dan pastinya banyak orang berharap kabar itu hanya hoax belaka dan ada konfirmasi resmi dari kedua belah pihak.

 Tapi cek sekali lagi ternyata benar ada surat penghentian kerjasama antara alfamart dan OVO tersebar dari akun twitter. "Hi Admin @ovo_id, ini beneran mulai tanggal 12 November Top Up OVO sudah ga bisa lewat @alfamart?" Tanya akun tempat jual beli pulsa tersebut.

Sontak pengguna ovo langung terkaget-kaget dengan pemberitahuan ini dan menyatakan kekecewaannya. "Lah kok gitu, lalu kita top up ke siapa lagi dong?" tanya akun @catbearseal. 

Akun @alfamart dengan cepat menanggapi, namun hanya formalitas belaka, "Halo Sahabat, mohon untuk menunggu informasi selanjutnya ya. :) ^ar" jawab akun resmi bercentang biru tersebut.

Mau tak mau saya sekarang balik lagi ke cara lama. Isi via ATM. Antrian lama menunggu yang panas di luar ATM, terbayar saat masuk. AC di atas mesin ATM berhembus sejuk dan lembut. "Alhamdulillah..sejuk" seru saya tanpa perhatikan orang-orang di sekitar. Seorang ibu muda cantik  tertawa-tawa melihat tinggah saya di ATM sebelah. "Gerah ya , Mas?" tanyanya. Saya jawab dengan nyengir.

Ya gimana lagi, kalau kepepet begini, mau tidak mau kita gunakan lagi fitur zaman baheula. Padahal baru tadi bersyukur sekali dengan keberadaabn teknologi.

perbandingan-5dc024de097f36424f453572.jpg
perbandingan-5dc024de097f36424f453572.jpg
Kembali masalah penggunaan teknologi, yang sebenarnya saya sayangkan dari pilihan orang-orang adalah silau karena perkara promo. Padahal namanya promo, pasti sudah mainan hitung-hitungan oleh para tenaga marketing. 

Hampir pasti promo-promo yang ada dibiayai dari tindakan bakar uang oleh penyedia layanan aplikasi. Sehingga "keberuntungan" yang kita nikmati di satu sisi, pasti akan berdampak kerugian kita di sisi lain. Ya tioh, buat apa lagi perusahaan berpromosi kalau tidak untuk meraup keuntungan di sisi lain.

Maka iseng saya coba minta ke berbagai teman dan searching sana-sini. Benar saja, yang suka berhamburan promonya, di sisi lain juga akan mengenakan tarif agak lebih tinggi untuk top up. Istilah teman-teman saya, keluar masuk kantong kiri, keluar kantong kanan. 

Dalam jangka panjang, persaingan yang sudah tidak sehat dengan banting harga dan saling bunuh pasti berujung kepada kerugian di pihak konsumen. 

Kala masih pertama diperkenalkan, berbagai promo pembayaran online masih masuk akal untuk dilakukan. Tapi kalau sudah bertahun-tahun eksis, daripada bakar-bakar uang investor, tentu lebih baik kalau diwujudkan lewat peningkatan layanan dan kenyamanan. Pelanggannya coba dimanja gitu lho. 

Seperti dulu saat Blue Bird bersaing dengan berbagai taksi, mulai dari Ekspress, Presiden Taksi, sampai taksi gelap tanpa argo. Semua banting harga. Cuma si burung biru yang berani pasang harga batas atas sendirian. 

Toh buktinya melawan transportasi online sekalipun, Blue Bird masih eksis,. bahkan malah mengajak kerjasama dengan pembuat aplikasi Gojek untuk juga bisa dipesan via apps Gojek. 

Andai banyak pebisnis di Indonesia berpikirnya seperti iniya, mengutamakan value dan layanan. Bukan semata banting harga....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun