Awalnya saya ragu dengan harga tiketnya yang cuma Rp 250 ribu untuk jarak sejauh itu, sekitar 700 kilometer di Google Map. Kira-kira sama jauhnya dengan Jakarta -- Surabaya. Saya tanya, "Ini busnya eksekutif apa biasa saja bu?"
Si Ibu tersenyum simpul, "Ya naik saja apa yang tersedia. Adanya Icha, itu sudah."
Dan benar saja, setelah saya lihat dari dekat, busnya ternyata bus kecil, lebih mirip kopaja di Jakarta. Tapi syukurnya tempat duduknya empuk dan bisa diturunkan hingga mirip posisi tidur.Â
Dan namanya bus transportasi rakyat, lagi-lagi saya harus mengulangi pengalaman saat berjalan-jalan di Pantai Selatan, tidur di sebelah ayam! Dan tidak cukup ayam, kali ini ada kotak berisi anak anjing yang sibuk melolong-lolong sepanjang perjalanan.
Hingga perlahan angin yang masuk melalui jendela yang terbuka dan buaian bus yang berbelok ke kanan dan ke kiri, mengantarkan saya ke alam tidur...
Sekitar pukul sebelas, kondektur menjawil saya. Saya lihat sekeliling sudah kosong. Ternyata sudah waktunnya makan siang. Saya lihat ke kanan kiri, gerimis dan nyaris tidak bisa melihat apapun selain jalan dan kendaraan dari arah berlawanan. Dingin sekali.
Di sini kita tidak bisa memilih menu. Hanya ada nasi, bakso, atau pop mie. Dan untuk sajian nasi, ayam goreng, telur, sayur, dan sedikit potongan ayam di dalam kuah gulai, harganya Rp 30 ribu! Beruntung kondisi saya sudah lapar berat dan masakannya juga lumayan enak walaupun sederhana.