Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Budiman Vs Dandhy, #DebatKeren yang Harusnya Dijaga Tetap Keren

22 September 2019   22:19 Diperbarui: 24 September 2019   22:46 6053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan hampir saja saya jadi fans Dandhy Laksono, karena memang pendapat-pendapatnya banyak bernas. Sebagai jurnalis dan filmaker yang hobi berkeliling Indonesia seperti saya yang juga penulis, ia mengoleksi data, mulai dari data sejarah, budaya, hingga politik terkini dari Papua.

Dandhy memiliki banyak angka yang akan membuat kita kagum dan mulai terpengaruh untuk ikut bersimpati kepada warga Papua yang menurutnya sudah terlalu banyak ditindas.

Hebatnya lagi, data itu ia kumpulkan dari pengalaman lapangan, dari perjalanannya keliling nusantara. Dari sekian banyak pelaku debat, biasanya orang-orang yang menguasai data lapangan dengan mudah unggul.

Tapi lagi-lagi, tingkah Dandhy nyaris sama menyebalkannya saat di media sosial. Sejak awal dia sudah memulai diskusi dengan ad hominem.

Ia mempersoalkan lawan debatnya yang menurutnya melakukan aksi teatrikal dengan membuat pembukaan sambil berdiri, dan menyatakan ia tidak akan melakukan hal seperti itu dan lebih memilih duduk, karena menjaga kualitas suara dan peralatan audio yang terpasang.

Berdiri saat bicara dalam sebuah debat bukanlah sebuah kejahatan. Apalagi moderator sudah terang-terangan mempersilakan. Tidak pula ia mengurangi kebenaran dalih dan dalil, yang dimajukan Budiman Sudjatmiko sebagai sebuah pola yang baik dalam berargumentasi dalam debat. Pun tidak pula relevan dengan temanya sendiri.

Apa hubungannya debat sambil berdiri dengan sebuah kebenaran argumen?

Jika kemudian Dandhy mengungkapkan bahwa ia lebih nyaman bicara sambil duduk, tentu itu haknya sendiri. Tidak ada juga yang mempersoalkan hal seperti itu. Tidak akan mempengaruhi kesimpulan debat, sama sekali.

Saat memulai argumennya, Dandhy Laksono, harus diakui, adalah seorang pengumpul data yang baik. Ia bisa menceritakan secara lengkap kronologi bergabungnya Papua sejak awal persiapan kemerdekaan hingga saat ini.

Ia tahu bahwa Muhammad Hatta sejak awal kurang setuju Papua dimasukkan wilayah Indonesia, dengan alasan itu hanya akan mendorong terjadinya imperialisme baru ala Indonesia, dengan peringatan Indonesia bisa saja terpancing untuk terus menguasai Kepulauan Pasifik hingga Solomon.

Sumber: Tirto
Sumber: Tirto
Dandhy mengungkit kembali bahwa tidak ada perwakilan Indonesia saat penyusunan naskah kemerdekaan, bahkan menganggap Belanda tidak dilibatkan dalam New York Agreement 1962, dan menciptakan lelucon yang sama sekali fantasi dengan pendekatan sebuah cerita film Transformer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun