Berbagai provokasi dan hoax banyak ditebar di media sosial untuk mendorong dunia internasional ikut campur kewenangan kita dalam mengelola konflik di Papua. Beberapa di antaranya nama yang cukup dikenal dan memang sering meneriakkan kemerdekaan bagi Papua. Sebut saja nama Benny Wenda. Tokoh yang ada di luar negeri ini sering meneriakkan separatisme dan menghasut pemuda-pemuda Papua di dalam negeri maupun di luar negeri.
Siapa saja mereka?
Veronica Koman
Nama ini sebenarnya pertama kali terkenal bukan karena isu Papua. Namun ia memprovokasi massa pendukung Ahok dengan meneriakkan pidato yang tidak sopan saat demonstrasi atas pemidanaan Ahok dalam kasus penistaan agama. Dalam orasinya, Koman mengungkapkan bahwa rezim Jokowi (Joko Widodo) adalah rezim yang lebih parah dari rezim SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) terkait vonis terhadap Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama.
Akibat ucapan ini, ia mendapat somasi dari Menteri Dalam Negeri. Kemudian menyusul tuntutan hukum dari Kan Hiung (36 tahun)
Veronica Koman baru kemudian terlihat aktif menyebar fitnah dan disinformasi setelahnya. Terutama setelah ucapan rasis yang menyerang Asrama Mahasiswa Papua.
Tri Susanti
Kerusuhan rasial di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya inilah yang kemudian merembet menjadi demonstrasi warga Papua di berbagai tempat dan memicu kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
"Bendera merah putih dibuang ke selokan oleh kelompok separatis di Surabaya pada Jumat 16 Agustus 2019, pukul 13.30 WIB, tepatnya di depan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya" demikian pesan WA provokatif dari Tri Susanti yang kemudian memicu kemarahan banyak orang kepada mahasiswa Papua.
Ia diumumkan menjadi tersangka dan kemudian menjalani pemeriksaan polisi dan ditahan 1x24 jam
Benny Wenda
Sedari dulu, tokoh ini aktif menyebarkan pesan separatisme dan mendesak kemerdekaan Papua. Ia hidup mewah dan nyaman di Inggris sambil memprovokasi perlawanan di Papua melalui saluran internet, meyebarkan berbagai pesan palsu dan hoax, sehingga banyak yang menderita dan meninggal akibat perbuatannya.
Pada tahun 2002, Benny Wenda sudah memulai kariernya sebagai provokator yang mendapat keuntungan dari penderitaan orang lain. Ia menyulut aksi yang kemudian membakar satu warung warga dan membunuh seorang polisi yang sedang berjaga. Menolak diadili, ia kemudian kabur ke Papua Nugini, dan kemudian menikmati suaka politik dari Inggris, dan meneruskan provokasi dari negara tersebut.
Dalam kasus kerusuhan Papua, ia diumumkan sebagai provokator oleh Menteri Politik Hukum dan Kemanan, Wiranto sebagai musuh bersama. Ia dianggap memalsukan berbagai kabar dan menghasut dunia internasional untuk menyalahpahami tindakan aparat keamanan Indonesia yang justru menangani kerusuhan ini dengan sangat lunak dengan menyebarkan kabar bohong banyaknya korban kekerasan seolah sebuah fakta
4 WNA Australia yang Dideportasi
Baxter Tom, Cheryl Melinda, Hellyer Danielle Joy, dan Cobbold Ruth Irene tertangkap ikut serta dalam demonstrasi dan pengibaran bintang kejora, lambang kemerdekaan Papua dan Papua Barat di Sorong. Mereka beralasan bahwa mengira acara tersebut adalah festival budaya Papua.
"Mereka sudah melanggar undang-undang keimigrasian dengan kedapatan berada di lokasi demo. Izin visa mereka ke Indonesia visa kunjungan izin wisata. Karena sudah melanggar kami pulangkan atau deportasi ke negara asalnya," ujar Kepala Seksi Intelejen dan Penindakan Kantor Imigrasi Kelas II Sorong, Cus Sudiharto, Senin 2 September 2019 seperti dikutip tagar.id.
Mereka merapat ke Papua dengan Kapal dari Banda Naira, Maluku tujuan Raja Ampat. Namun pada 10 Agustus 2019 kapal yang ditumpangi rusak. "Kapal mereka rusak, singgah di Sorong dengan alasan mencari alat-alat untuk kapal," katanya.
Keempat WNA Australia tersebut, dipulangkan ke negara asalnya menggunakan maskapai penerbangan Batik Air ID 6297 melalui Bandara Dominic Eduard Osok (DEO) Sorong