Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bahayanya Propaganda ala Russia: Mengoyak Bangsa, Hati-hati!

6 Februari 2019   09:13 Diperbarui: 6 Februari 2019   10:34 1999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.Innovator 4.0 Indonesia
dok.Innovator 4.0 Indonesia
Sehingga sekeras apapun kita berusaha mengimbangi dengan counter hoax, kinerja positif, dan foto-foto indah pembangunan, tak akan ada hasilnya. Kabar negatif lebih mudah dicerna masyarakat, sementara data dan angka kinerja pemerintah terlalu membosankan untuk dicerna. 

Kebenaran dan konsistensi bukan lagi hal penting bagi pelakunya. Yang penting adalah volume dan frekuensi. Tidak masalah jika ketahuan bohong, tinggal minta maaf dan balik tuduh lawan juga lakukan hal serupa atau bahkan lebih buruk. 

Sounds familiar? Orkestrasi kebohongan Ratna Sarumpaet adalah contoh sempurna dari teknik ini...

Apa yang bisa menjadi solusi Firehose of Falsehood? Hanya peringatan dan edukasi terus menerus mengenai bahaya dan cara menghadapi teknik ini yang akan bisa berhasil melindungi masyarakat dari ganasnya ketakutan yang disebar. Mereka harus diajari untuk secara insting kritis terhadap setiap kabar berantai yang masuk melalui SMS, Whatsapp, Facebook group, bahkan arisan tetangga dan temu kangen alumni. 

Dan yang paling penting, menghadapi ketakutan, harus kita lawan dengan mengaktifkan kegembiraan, memancing kelucuan. Karena hanya itu yang bisa meredam keaktivan amygdala dan croc brain kita, mematikan tombol-tombol ketakutan, amarah, dan rasa jijik di dalam kepala kita, menggantikannya dengan kerja aktif otak insular, tempat rasa senang dan harapan muncul. 

Apakah di Indonesia teknik Firehose of Falsehood juga ada? Memastikannya hanya bisa nanti setelah jelas siapa pemenang dan pecundang dalam Pilpres, dan satu per satu pelakunya mengaku. Tapi tanda-tanda menyebarnya hoax dengan frekuensi kencang luar biasa memang sudah terjadi. Hoax-hoax itu bisa saling bertentangan satu sama lainnya. 

dok.Innovator 4.0 Indonesia
dok.Innovator 4.0 Indonesia
Dan tepat seperti teori FoF, ia menyerang titik ketakutan kita atas perubahan. Ia menyerang nilai nasionalisme dalam diri kita, dengan isu tenaga kerja asing dan rasa anti terhadap negara RRC. Ia juga menyerang nilai agama, seperti pemimpin komunis, kafir, dan salat jenazahnya pakai duduk tahiyat. 

Ia juga menyerang nilai kekeluargaan, seperti isu anak presiden married by accident dan wajib tes DNA karena bukan anak ibunya. Ia juga membangkitkan kekhawatiran kita mengenai kestabilan ekonomi negara kita, dengan menyebarkan data palsu bahwa 99 persen warga negara kita hidup susah, dan berbagai isu lainnya yang tanpa henti ditebar setiap hari, tanpa jeda!

Apakah ada bahayanya bagi bangsa kita? Banyak yang berusaha denial akan efek negatif propaganda ini. Tapi bukti sudah menunjukkan bahwa hingga kini Donald Trump yang sudah menang sekalipun harus terus menerus mengulangi kampanye ala-ala tersebut bahkan bertahun-tahun setelah ia terpilih. 

Seorang yang sudah memulai FoF akan terus dipaksa untuk mengulangi kebohongannya tanpa henti, untuk menutupi kebohongannya di masa lalu. Dan jika kebohongan tersebut memicu rasisme, ultranasionalisme, kebiasaan persekusi untuk menjatuhkan lawan politik, maka ia akan terus berlanjut, membesar bagaikan bola salju yang jatuh dari puncak gunung, menciptakan avalanche, longsor besar yang mengancam jiwa jutaan manusia. 

Indonesia baru saja memulai sejarah demokrasinya. Kita belum terbiasa berbeda pendapat dan berdamai dengan perbedaan. Bahkan beda pendapat soal pilihan Kades saja kita bisa saling bacok dan bunuh, apalagi pemilihan kepala negara dan perebutan kursi legislatif? Jika FoF ini diterapkan dan berhasil sekali saja memenangkan pemilu, maka sudah bisa diramalkan perpecahan di Indonesia yang memiliki beragam suku, agama, dan kelompok. Kekayaan budaya dan sosial kita bisa berbalik menjadi bumerang, menghasilkan perpecahan dan perang tanpa henti, sehingga bisa saja kita berakhir seperti Suriah. 

Maka mari kita menyiapkan diri, orang-orang terdekat kita, tetangga-tetangga kita, untuk bersiaga menghadapi terjangan semburan dusta. Pakaikan jas hujan penangkal kebohongan, ketimbang berusaha melawannya dengan pistol air kebenaran dan sekedar fact checking. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun