Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menolong Petani dengan Membeli

19 September 2018   00:03 Diperbarui: 19 September 2018   07:31 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hahahaha buseet.. aneh bener ya ucapan selamat datangnya. Jadi by default, orang dari Jakarta datang ke situ besar kemunginan dirampok. Dan saat saya minta nomor telepon pengepul kopi setempat, ucapannya tak kalah aneh,

"Alah ndak usah kasih-kasih nomor telepon. Dulu ada juga yang janji mau pesan dari Jakarta. Bohong aja itu!" Serunya. Saya bingung Pak Eka (bukan nama sebenarnya), saat saya menanyakan kontak istrinya. Pak Eka sendiri tampak tidak terlalu akrab dengan gadget. Hanya duduk di ujung gudang. Tampaknya mereka pernah tertipu beberapa kali dengan janji manis orang Jakarta seperti saya.

Tapi tak ada yang salah dengan kopi Negeri Empat Lawang. Kopinya setrong. Awalnya saat saya mencicipi di Empat Lawang, saya pikir memang roaster lokal yang salah sehingga rasanya begitu pahit. Namun begitu dibawa ke roaster di Jakarta dengan request kehangusan medium, rasa pahit itu tetap tinggal di langit-langit.

"Kopi Empat Lawang memang untuk kita ngupi bersama Bang, sambil nobar, duduk-duduk di warung sampai larut malam." kata preman setempat, sehabis saya mandi di dinginnya hulu Sungai Musi sampai menggigil. "Untuk mengimbangi pahitnya, harus sambil makan durian di sini!" 

Saya comot secuil durian yang dibawakan. Memang enak sekali. Pahitnya kopi mengimbangi manisya durian. Dan entah kebetulan atau bagaimana, produsen kopi enak di Sumatera seperti Takengon, Sidikalang, Bengkulu, Kepahiyang, dan Empat Lawang, pasti juga memproduksi durian enak. Mungkin berhubungan dengan kelembaban dan kesuburan tanah.

Lalu saya bertanya "Itu di pertigaan depan harusnya lurus apa belok yang aman?" Mbak-mbak warung sana tidak menjawab langsung, "Ya kalau lurus lewat bukit, sepi ga ada orang. Kalau belok lewat beberapa desa."

Secara logis, kalau sudah diingatkan daerah ini rawan masalah keamanan, siapapun akan takut melewati jalan sepi toh? Maka dengan spontan saya bertanya lagi "Jadi bagus saya belok saja?"

Si Mbak-mbak ketawa.

"Lho kenapa?" tanya saya masih belum mengerti.

"Ya di desa itu banyak tinggal banyak rampoknya!" Seisi warung ngetawain saya.

Oke. Itulah salah satu problemnya dengan Kopi Empat Lawang. Walaupun nikmat, pas untuk yang senang begadang, namun tampaknya pedagang ketakutan melalui daerah ini. Dan adapun pembeli warga pun kapok menjualnya kalau tidak bisa dipercaya benar. Karena itulah mungkin kopi Empat Lawang jadi kurang dikenal, padahal tidak ada yang salah dengan rasanya. Wanginya enak betul, dan rasanya pahit, cocok untuk lidah orang Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun