Waktu yang Tepat untuk Jalan Kaki
Kalau hari Minggu atau hari libur nasional, saya suka jalan kaki keliling perumahan tempat saya tinggal. Tentunya untuk menjaga kebugaran badan. Mulai jam 07.30 pagi. Satu jam sudah cukup untuk mengeluarkan keringat. Sesudah itu berjemur sinar matahari sampai jam 09.00.
Saya tidak khawatir kepanasan. Yang saya risaukan adalah keringat. Bau keringat tahu sendiri, baunya seperti apa? Butuh waktu tidak sebentar untuk pendinginan dan menghilangkan keringat secara alamiah tanpa harus dikipasi sama kipas angin. Setelah itu baru mandi.Â
Becek
Jalanan becek bisa jadi alasan orang tak mau jalan kaki. Bayangkan, kita harus berjingkat-jingkat menghindari genangan air. Malah mungkin dapat kejutan cipratan dari genangan air yang dilewati kendaraan bermotor.Â
Jalur Pedestrian Sempit
Ini juga jadi alasan yang mengemuka jika orang tak mau jalan kaki. Idealnya pedestrian bebas hambatan sehingga orang bisa leluasa jalan kaki. Namun kadang ada pedestrian yang sudah sempit juga difungsikan untuk berjualan oleh penjaja makanan atau minuman.
Indikasi Tidak Sehat
Memang memprihatinkan hasil penelitian dari peneliti Stanford University tentang warga negara Indonesia yang malas jalan seperti bunyi berita yang dikutip dari KOMPAS.com.
Tentu banyak hal perlu dikaji. Dan ini menunjukkan indikasi tidak sehat bagi warga suatu negara. Jalan kaki boleh dikata olahraga yang paling ringan dilakukan. Dan tentunya menyehatkan bagi para pelakunya. Tapi nyatanya kita enggan melakukannya.
Kajian yang melibatkan banyak pihak tentu harus diupayakan untuk membahas warga yang enggan jalan kaki ini. Mereka mesti diberi edukasi tentang pentingnya hidup sehat dengan gerakan jalan kaki.
Hongkong sebagai negara yang warganya paling rajin jalan kaki dengan rerata 6.880 langkah per hari tentunya akan dan sudah menikmati hasil dari kebiasaan positif ini. Kondisi polusi udara tentu berkurang signifikan karena jumlah pengguna kendaraan bermotor berkurang, maka polusi suara juga demikian halnya.Â
Penyebab Orang Indonesia Malas Jalan Kaki
Sebenarnya kita punya kultur yang terbiasa dengan jalan kaki. Dulu para petani berjalan kaki dari rumah ke sawah ladangnya setiap pagi setiap hari. Mungkin masih dilakukan oleh para petani yang sudah tua, sampai sekarang. Namun tidak demikian halnya dengan anak keturunannya yang punya sepeda motor.
Kendaraan bermotor memang seperti pisau bermata dua. Masifnya pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor di desa mampu menggeser kultur para petani yang suka jalan kaki ini. Dengan sarana kendaraan bermotor memang membuat waktu tempuh lebih efektif, namun pelan tapi pasti akhirnya menggantikan kebiasaan jalan kaki!
Teladan
Kata orang bijak, teladan paling efektif adalah tindakan nyata. Karena masyarakat bawah mengikuti orang atasan maka orang yang diikuti harus memberi bukti konkret. Para pengambil kebijakan harus memberi contoh.Â
Jika memang jalan kaki hendak dijadikan gerakan massal bagi warga negara, maka pemerintah mesti memberikan fasilitas yang nyaman dan aman bagi para pejalan kaki. Disamping itu para pejabat juga mesti beri contoh membiasakan jalan kaki bila ingin menuju ke tempat-tempat dengan jarak tempuh yang singkat, misalnya.
Manfaat Rajin Jalan Kaki
Badan menjadi sehat tentunya. Menghemat pengeluaran yang semestinya untuk naik kendaraan. Dan lebih mengenal dengan baik kondisi tempat-tempat yang dilaluinya.
Konon ada seorang bijak pernah mengatakan bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang kodratnya bergerak. Jadi jika ada orang yang malas gerak, dalam hal ini tidak suka jalan kaki, itu berarti menyalahi hukum penciptaannya.
Warga Luar Negeri yang Suka Jalan Kaki
Melihat tayangan televisi yang memperlihatkan kesibukan jalanan di kota-kota besar di dunia tentu ada pemandangan yang menarik, yakni para pejalan kaki yang bergegas menuju tujuan masing-masing. Gaya hidup seperti itu bisa terpola dan membudaya sedemikian rupa tentu ada perjuangan yang tak mudah sehingga bisa menjadi kebiasaan.Â
Para pendahulu yang meletakkan dasar supaya warga suka jalan kaki pada saat itu tentu mengalami pertentangan dari masyarakatnya. Namun setelah masyarakat merasakan besarnya manfaat jalan kaki, mereka akhirnya menerima dengan lapang dada.