Ditengah pandemi covid-19 ini banyak sistem dan tatanan kehidupan yang terganggu. Selain mengancam nyawa manusia, wabah Covid-19 juga memberikan dampak negatif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, sehingga perlu dilakukan tindakan pecegahan dini dalam menangani hal tersebut. Diantara berbagai macam bentuk upaya pemerintah untuk mengurangi penyebaran wabah ini, salah satunya adalah dengan dilakukannya physical distancing. Namun disisi lain, tindakan pencegahan ini juga berpengaruh terhadap penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.Â
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario terburuknya bisa mencapai minus 0,4% bahkan mencapai 1%.Â
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia atau PDB kuartal II-2020. Seperti sudah prediksi banyak kalangan, ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 terkontraksi, dan itu menjadi kenyataan yang harus kita terima.Â
BPS mencatat, ekonomi Indonesia kuartal II 2020 terhadap kuartal II 2019 terkontraksi 5,32% (y-on-y), ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan sebelumnya terkontraksi pertumbuhan 4,19% (q-to-q), dan ekonomi Indonesia semester I-2020 terhadap semester I-2019 terkontraksi 1,26% (c-to-c).Â
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu menyatakan risiko resesi tersebut masih ada setelah kontraksi PDB di kuartal II-2020 cukup dalam, -5,32% YoY.Â
Dalam kajian teori ilmu ekonomi, physical distancing atau pembatasan aktifitas masyarakat akan berakibat pada penurunan Agregat Supply dalam perekonomian yang berdampak pada penurunan jumlah produksi atau quantitiy (Q).Â
Kondisi dimana masyarakat yang hanya berdiam diri di rumah memberikan dampak pada supply dan demand. Berdasarkan hukum supply dan demand, lambat laun akan menyebabkan penurunan permintaan secara agregat atau Agregat Demand yang berujung pada jumlah produksi yang terus menurun.Â
Proses penurunan perekonomian yang berantai ini bukan hanya akan menimbulkan guncangan pada fundamental ekonomi riil, bahkan juga merusak kelancaran mekanisme pasar antara permintaan dan penawaran.Â
Mengingat bahwa aspek-aspek vital ekonomi yaitu supply, demand dan supply-chain telah terganggu, maka dampak krisis akan dirasakan secara merata ke seluruh lapisan atau tingkatan masyarakat.Â
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam Indonesia dapat memberikan peran terbaiknya melalui berbagai bentuk atau model filantropi dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Peran ini diharapkan dapat mengatasi guncangan ekonomi yang terjadi dan seluruh masyarakat, khususnya umat muslim, dapat ikut serta berkontribusi dalam memulihkan guncangan yang sedang terjadi pada saat ini.Â