Mohon tunggu...
Haqique Achmad
Haqique Achmad Mohon Tunggu... Relawan - Penulis Lepas

Luluh lantak di Dunia Maya, Mencari Arah di Dunia Nyata

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Catatan Pemuda Mantan Pasien TBC RO - Pejuang Kesehatan

18 Desember 2022   08:07 Diperbarui: 18 Desember 2022   08:31 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertarung Melawan TBC RO

Ris'an hijrah ke Medan. Ia tinggal bersama sepupunya, Hadis (43). Ris'an membantu Hadis berjualan aksesoris: topi, kacamata, dan lainnya.

Dengan dukungan keluarga dan modal hasil tabungan berjualan selama di Medan, ia kuliah di salah satu universitas swasta Kota Medan dan mengambil jurusan Akuntansi.

Beberapa waktu kemudian, sepulang kuliah Ris'an harus menjaga kakaknya, Mega, yang dirawat di rumah sakit karena positif TBC Resisten Obat (RO). Karena kurangnya pengetahuan dan proteksi diri, beberapa bulan kemudian, Ris'an divonis positif TBC Resisten Obat.

"Aku positif TBC RO tahun 2016. Saat menjaga kak Mega, tak kupedulikan menjaga diri jarang aku pakai masker, tidur saja seperti biasa," katanya dengan nada kecewa.

Ia harus menjalani pengobatan jangka panjang hingga 2 tahun. Fase awal sangat berat baginya hingga timbul depresi. Rochman Basuki pada penelitiannya di tahun 2014 mengatakan Gangguan depresi berat sering kali terkait dengan tingginya risiko penularan dan dampak lebih buruk terhadap proses pengobatan anti TBC. Pada beberapa orang yang menderita penyakit kronis seperti TBC, risiko terjadinya depresi dapat diperburuk oleh adanya masalah sosial ataupun hubungan dengan masyarakat sekitar dan buruknya tingkat kesehatan yang dirasakan oleh penderita.

Suatu hari, Ris'an mencoba untuk bunuh diri. Hadis, sepupu Ris'an bercerita bagaimana penderitaannya saat menjalani pengobatan. Hadis pernah memarahinya karena enggan minum obat. Padahal ia melihat bagaimana Ris'an kesakitan menahan sakit.

"Sudah disiapkannya tali, diikatnya di tiang atap. Syukurnya, ia urungkan niat tersebut. Ris'an kemudian menelepon saya. Langsung saya pulang karena takut ada apa-apa," ungkap Hadis.

Niat bunuh diri belum berujung. Ia beli Alkohol 70% Antiseptik di apotek untuk diminum dan mengakhiri hidupnya. Efek Samping Obat (ESO) yang tidak tertahankan menjadi pemicu. Dalam batinnya bunuh diri adalah solusi terbaik. Niatnya tak jadi terlaksana. Seketika Ris'an teringat dosa besar dan balasan di akhirat yang lebih parah.

Beberapa minggu kemudian, Syaiful Bahri, saat itu pendamping pasien TBC RO datang ke rumahnya membawa Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Syaiful adalah orang yang berjasa karena mendampingi Ris'an sampai sembuh. Syaiful merupakan anggota Organisasi Pesat (Pejuang Sehat Bermanfaat), sebuah wadah berkumpul mantan pasien TBC RO di Sumatera Utara yang bertugas mendampingi, memberi motivasi dan edukasi kepada pasien.

"Setiap bertemu, saya selalu memotivasinya. Saya katakan saya dulu juga pasien. Sabar dalam menjalaninya, nanti setelah beberapa bulan minum obat, lama-lama efek sampingnya juga hilang. Lihat kakakmu bisa sembuh. Hubungi saya jika kamu butuh teman berbagi informasi. Saya tidak sungkan untuk meluangkan waktu," ungkap Syaiful.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun