Mohon tunggu...
Haqique Achmad
Haqique Achmad Mohon Tunggu... Relawan - Penulis Lepas

Luluh lantak di Dunia Maya, Mencari Arah di Dunia Nyata

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Catatan Pemuda Mantan Pasien TBC RO - Pejuang Kesehatan

18 Desember 2022   08:07 Diperbarui: 18 Desember 2022   08:31 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia tak kuasa menahan kesedihan. Di Poli TBC Resisten Obat (RO) RSU Pusat H. Adam Malik Medan, selepas mendampingi pasien-pasiennya, ia ceritakan kisah pahit yang pernah terjadi. Kehilangan satu per satu keluarga tercinta teramat menyakitkan. Ia tak menyangka bakal ditinggalkan ayah, ibu, dan kakak lebih awal. Bahkan apa yang diderita mereka, Ris'an pun merasakannya. Saat ditanya penyebabnya, ia menjawab: TUBERKULOSIS (TBC).

Ris'an Nasution lahir dan tumbuh di pesisir kampung Batu Mundom, Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Butuh waktu 16 jam tiba di rumahnya dari Kota Medan. Ris'an dan keluarga pernah merasakan tanpa listrik. Sebelumnya, warga memanfaatkan mesin pembangkit (genset) milik tetangga.

Ris'an tinggal di rumah yang sederhana. Ia mempunyai 2 orang kakak dan 1 adik perempuan. Ayahnya seorang nelayan. Kakak pertamanya, Rusdi Nasution, membantu ayah ikut ke laut mencari ikan untuk makanan ternak. Semenjak pukat harimau dilarang, mereka tak lagi melaut. Mata pencaharian hilang dan beralih menjadi peternak.

Tahun 2010, ayah Ris'an dan kakaknya mengeluh sakit. Batuk dan sesak selama berminggu-minggu. Pikirnya, itu hanya batuk biasa. Tak dihiraukan karena harus terus mengais rezeki. Bukan tanpa alasan mereka enggan berobat, akses pelayanan kesehatan di sana sangat terbatas.

"Abang dan ayah diam saja awalnya, lama kelamaan sakitnya makin parah," ungkap Ris'an.

Bak disambar petir di siang terik, Rusdi meninggal dunia. Usia Rusdi masih 23 tahun saat itu. Keluarga kehilangan anak tercinta. Tidak sampai di situ, mereka dan tetangga merasa heran. Entah penyakit apa yang diderita kakaknya sampai harus wafat.

Berselang 28 hari, ayahnya tutup usia. Keluarga kembali berduka. Isak tangis Ris'an makin bertambah. Tetangga dan keluarga lain menduga-duga dan punya prasangka yang tidak baik. Penyakit aneh yang menimpa keluarga Ris'an menjadi perbincangan tetangga.

"Manakala hidup terasa menjepit, tengadahlah ke langit, di sana kau akan melihat, bebanmu menyusut berjuta kali lipat." Pekikan si penulis Sam Haidy mau tak mau Ris'an dan keluarga harus tetap tegar dan harus melanjutkan hidup.

Ris'an kecil harus membantu mengurus rumah saat ibunya bekerja untuk menafkahi dirinya, kakak perempuan dan adik perempuan. Sedih, pilu, dan perasaan yang tidak bisa dikatakan lagi. Menjelang kelulusan SMA, Ibunya meninggal dunia setelah beberapa bulan menjalani pengobatan TBC.

"Ibu berobat TBC di kampung, tertular dari ayah. Belum selesai pengobatan, ia meninggal dunia. Hancur hidupku, mengerikan sekali penyakit itu," ungkap Ris'an sambil mengusap air mata yang sontak keluar dari matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun