Mohon tunggu...
Happy Mommy
Happy Mommy Mohon Tunggu... "Mom of Home"

Happy Mommy

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rumah untuk Si Loreng dari Jawa

2 Oktober 2025   23:08 Diperbarui: 2 Oktober 2025   23:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto harimau Jawa di London Zoo, dibuat sekitar tahun 1942, namun tidak diketahui siapa yang memoretnya (Sumber: jeo.kompas.com)

Di antara kabut malam dan samar terang api unggun. Dalam sunyi mengamati tanpa ada yang menyadari. Lewat kedua mata besarnya tertangkap bahwa tak ada tanda bahaya. Langkah-langkah kaki si loreng kembali masuk dalam gelapnya hutan. Lagi-lagi, tanpa suara.

Entah siapa yang menyadari pertama, sosok mirip harimau bercorak loreng itu tertangkap kamera. Itupun baru disadari ketika foto sudah dicetak. Saat itu, aku hanya asal jeprat-jepret mengusir dingin dan takut di temani api unggun. Malam 17 Agustus 2008 di Gunung Lawu di sekitar pos 1 jalur Cemoro Sewu. Sayang, file itu hilang begitu juga hasil cetaknya. Menghilang entah kemana sama misterinya dengan sosok itu apakah harimau, macan, atau makhluk lainnya.

Itu pendakian gunung pertamaku. Teringat samar bekas-bekas kebakaran di lereng Gunung Lawu. Batang-batang pohon yang sebagian telah menjadi arang nampak terkena cahaya bulan. Aku sendiri tidak melihat versi siangnya. Karena, kami mendaki kira-kira dua jam sebelum tengah malam. Sampai di pos 1, kami rehat di dalam tenda camping. Aku pikir saat itu, kami bakal terus ke puncak. Aku lupa kenapa kami tak jadi ke puncak. Akhirnya, kami turun lagi dalam keadaan yang masih gulita. Barulah, sekitar dua bulan kemudian, aku diizinkan menapaki puncak Hargo Dumilah di ketinggian 3.265 mdpl.

Lucunya, di kedua pendakian itu aku masih membawa-bawa "Tigri" nama boneka harimauku. Harimau berbadan warna orange kecoklatan dengan corak loreng hitam. Bukan ukuran kecil. Besarnya makan separo ranselku. Temanku berseloroh, mungkin "Tigri" dikira kawannya, makanya didatangin.

Di pendakian kedua rasanya tak ada aneh, karena kami tektok tanpa camping seperti yang pertama. Di pendakian yang juga lewat jalur Cemoro Sewu inilah aku dibuat jatuh cinta dengan Gunung Lawu karena aku melihat dalam kondisi terang. Hutannya, edelweissnya, jurangnya, batunya, cantiginya, padang rumputnya, pepohonannya, anggrek dan epifit lainnya, burung yang katanya itu burung jalak, satwanya, begitu juga pemandangannya, dan semuanya aku suka.  

Harimau Jawa Gunung Lawu

Teringat soal harimau, mungkinkah ada harimau di Gunung Lawu? Harimau Jawa telah dinyatakan punah sekitar tahun 1980 karena habitatnya yang berkurang drastis. Mengutip Wikipedia, habitat harimau jawa berada di hutan-hutan dataran rendah, hutan belukar, dan mungkin pula berkeliaran  hingga ke kebun-kebun wanatani di sekitar pedesaan. Wilayah jelajahnya tidak melebihi ketinggian 1.200 mdpl.

Dengan asumsi apa yang tertangkap kamera olehku itu benar, bisa jadi itu bukan harimau. Kemungkinan adalah saudaranya satu genus sesama kucing yang bisa jadi adalah macan tutul. Sebab, ketinggian pos 1 jalur Cemoro Sewu tempat dulu aku dan rombongan mendirikan tenda sekitar 2.197 mdpl. Walaupun segala kemungkinan bisa terjadi.

Macan tutul memiliki nama latin Panthera pardus sedangkan harimau bernama latin Panthera tigris. Macan tutul memiliki corak bulu tutul-tutul atau berbintik-bintik yang menjadi pembeda corak harimau yang berupa garis atau loreng. Dari bentuk dan ukuran sendiri harimau lebih besar dan memiliki kemampuan lari yang lebih cepat dibanding macan tutul yaitu mencapai 65 km/jam. Dari segi habitat, macan tutul berada di hutan lebat dan bisa tinggal di berbagai alam seperti padang rumput, pegunungan, dan gurun. Sementara, harimau hanya di hutan lebat.

Menurut Backpacker Nusantara pada postingannya di Facebook tertanggal 2 September 2016, pada tahun 2007, petugas Perhutani Sarno mengaku melihat harimau Jawa saat pembangunan jalan tembus Tawangmangu-Magetan tahun 2007. Artinya satu tahun sebelum pendakianku. Tahun 2009, malah ada pendaki mengaku melihat harimau jawa atau yang dijuluki Simbah ini di puncak Hargo Dumilah di sekitar warung penjaja makanan.

Tahun 2015, relawan melaporkan melihat harimau turun gunung di Blumbang, Tawangmangu saat kebakaran Gunung Lawu 2015. Ketinggian Blumbang bisa mencapai 1.400 mdpl dengan masih terdapat kawasan hutan. Pertengahan tahun 2016, warga mengaku melihat Simbah di selatan Gunung Lawu berbatasan dengan daerah Magetan, Jawa Timur. Seingatku, terakhir ke Gunung Lawu, setelah Cemoro Sewu yang masuk wilayah Magetan masih berupa hutan yang sangat lebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun