Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tarif 100% Trump ke Cina Awal November, Titik Balik Hegemoni Barat

11 Oktober 2025   10:17 Diperbarui: 11 Oktober 2025   10:17 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Hanzizar

Pada 10 Oktober 2025, Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif tambahan 100% terhadap seluruh impor dari China, berlaku efektif 1 November 2025. Keputusan ini bukan sekadar manuver proteksionisme klasik atau retorika politik domestik, tetapi sebuah gejala yang lebih dalam dan mengkhawatirkan: kepanikan struktural dari sebuah kekuatan hegemonik yang mulai kehilangan pijakan di tengah pergeseran tatanan ekonomi dunia.

Dalam sejarah peradaban, tidak ada kekuatan besar yang bertahan dengan menutup diri dari arus perdagangan global. Mesir Kuno melemah ketika terputus dari perdagangan Mediterania, Dinasti Ming kehilangan daya ketika menghentikan pelayaran Laksamana Zheng He, dan Uni Soviet runtuh karena menutup diri dari dinamika ekonomi pasar. Kini Amerika Serikat, secara tak sadar, sedang menapaki pola sejarah yang sama.

Secara fundamental, strategi Trump mengandung kontradiksi ekonomi yang sulit disangkal. Amerika modern dibangun di atas jaringan rantai pasok global yang sangat kompleks, dan sebagian besar sumbernya berasal dari Asia. Panel surya dari China menerangi rumah-rumah di California. Chip dari Taiwan menggerakkan data center Silicon Valley. Baterai LiFePO buatan Indonesia menopang kendaraan listrik Tesla di Austin. Tekstil Vietnam mengisi rak-rak Walmart dari pantai ke pantai.

Memutus rantai ini sama dengan memutus aliran darah ke organ vital. Harga konsumen akan meningkat, inflasi akan menekan daya beli, dan industri Amerika akan kehilangan daya saing akibat biaya produksi yang membengkak. Perusahaan-perusahaan yang bergantung pada bahan baku Asia menghadapi dilema antara menaikkan harga dan kehilangan konsumen, atau menurunkan margin dan kehilangan keuntungan. Dalam kedua skenario tersebut, ekonomi Amerika tetap menjadi pihak yang paling dirugikan.

Lebih jauh, kebijakan tarif ini justru mempercepat proses yang paling ditakutkan Washington: dedolarisasi dan kebangkitan tatanan ekonomi multipolar. Indonesia resmi bergabung dalam BRICS tahun ini, memperkuat blok ekonomi yang kini menguasai hampir separuh cadangan devisa dunia dan sebagian besar sumber daya strategis global.

China tidak bereaksi dengan emosional, melainkan dengan kalkulasi rasional. Sementara Washington sibuk membangun tembok tarif, Beijing justru membangun jalan: melalui Belt and Road Initiative, China menghubungkan Asia, Timur Tengah, hingga Eropa dengan proyek infrastruktur dan investasi lintas benua. Perdagangan bilateral menggunakan yuan, rupee, dan mata uang lokal lainnya mulai menggantikan dolar di banyak sektor.

Pergeseran Tektonik Ekonomi Dunia

Asia kini tidak lagi menunggu restu Barat. Taiwan menjadi episentrum teknologi dunia melalui produksi semikonduktor canggih oleh TSMC. Tanpa chip buatan mereka, industri mobil Jerman akan berhenti, dan sistem pertahanan NATO akan lumpuh. Vietnam melesat menjadi basis manufaktur dan inovasi EV dengan VinFast, menembus pasar Amerika dan Eropa.

Malaysia memperkuat posisinya dalam rantai pasok elektronik global, sementara Thailand mengintegrasikan pariwisata dengan teknologi kesehatan, menciptakan ekosistem ekonomi yang tangguh.

Indonesia di bawah Presiden Prabowo tengah menjalankan transformasi industri besar-besaran. Dengan menguasai sekitar 20% cadangan nikel dunia, Indonesia tidak lagi hanya menambang, tetapi juga membangun industri baterai dan kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Ini bukan sekadar kebijakan ekonomi, melainkan strategi geopolitik untuk memindahkan posisi Indonesia dari pinggiran ke pusat rantai nilai global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun