Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Raja Juli Antoni dan Framing Domino: Integritas yang Tidak Bisa Dibeli

6 September 2025   20:14 Diperbarui: 6 September 2025   20:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Hari ini media dan jagat maya dibuat gaduh dengan headline: "Menteri Kehutanan main domino bareng tersangka pembalakan liar." Foto dipasang, judul dibikin sensasional, dan publik digiring seolah-olah satu momen kecil adalah bukti kedekatan. Seolah-olah permainan domino dua ronde bisa meruntuhkan integritas yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Mari kita tarik mundur. Fakta yang sebenarnya jelas: Raja Juli Antoni datang untuk bertemu kolega, ngobrol serius selama berjam-jam. Lalu di ruang tamu ada keramaian orang main domino. Beliau diajak sebentar, ikut dua putaran, lalu pamit pulang. Tidak ada obrolan kasus, tidak ada deal politik, bahkan beliau baru tahu setelah berita keluar bahwa salah satu pemain adalah tersangka pembalakan liar.

Tapi sayangnya, publik jarang diberi ruang untuk melihat utuh. Yang disorot hanya potongan gambar yang bisa dipelintir. Headline pun dibikin seakan-akan mengguncang. Dan seperti biasa, buzzer bergerak cepat. Mereka tahu, ini kesempatan emas untuk menembak Raja Juli Antoni, orang yang terlalu lurus untuk diajak main abu-abu. Serangan pun digelontorkan, framing dipoles, narasi dipelintir, semua demi satu tujuan: matikan karier politik beliau.

Padahal siapa yang kenal beliau tahu betul: Raja Juli Antoni adalah sosok yang keras pada perusak hutan. Berkali-kali ia tegaskan, tidak ada kompromi bagi pembalak liar. Komitmen itu bukan basa-basi. Justru karena ketegasan itulah banyak yang tidak suka. Ada pihak-pihak yang kepentingannya terganggu. Mereka tidak bisa melawan di jalur kebijakan, maka mereka pilih jalur gosip, fitnah, dan framing murahan.

Kita, generasi milenial dan Gen Z, mestinya sudah cukup melek untuk tidak terjebak permainan ini. Kita tumbuh di era banjir informasi, kita tahu bagaimana framing bekerja. Jangan sampai kita bangga bilang "open your eyes" tapi masih gampang dikibulin headline. Integritas seseorang tidak bisa diukur dari foto sepotong. Integritas diukur dari rekam jejak, dari sikap konsisten, dari keberanian untuk tidak tunduk pada yang salah.

Raja Juli Antoni sudah membuktikan itu. Dan itu tidak bisa dihancurkan hanya dengan satu meja domino.

Karena itu, mari kita balikkan pertanyaan. Bukan pada Raja Juli Antoni yang integritasnya jelas, tapi pada mereka yang gemar memelintir fakta. Apakah media yang membuat framing murahan ini masih bisa dipercaya? Apakah buzzer yang berlomba-lomba menjatuhkan orang baik ini masih punya moral? Atau jangan-jangan, mereka lah yang sebenarnya sedang main domino---bukan di meja kayu di ruang tamu, tapi di meja opini publik---menjual integritas demi kepentingan sesaat.

Kalau begitu, biarlah publik yang menilai. Tapi satu hal pasti: integritas Raja Juli Antoni jauh lebih kokoh daripada gempuran framing murahan. Dan buzzer yang hari ini tertawa, besok hanya akan terlihat seperti sopir odong-odong yang sibuk membunyikan klakson keras-keras, tapi arahnya ngawur, tujuannya kosong, dan penumpangnya pun makin lama makin turun satu per satu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun