Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Doa untuk Pak Jokowi di Hari Lahirnya

21 Juni 2025   18:01 Diperbarui: 21 Juni 2025   18:01 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 21 Juni 2025, angin di tanah Jawa seolah berhembus lebih pelan, seperti ikut menyampaikan rasa syukur yang halus, lirih, dan dalam. Di hari ulang tahun ke-64 seorang anak bangsa yang bernama Joko Widodo, langit tampak tenang, dan waktu berjalan dengan irama lambat---seolah semesta pun memberi ruang untuk kita merenung dan berterima kasih.

Pak Jokowi bukan lagi Presiden Republik Indonesia. Namun namanya tetap tertulis dalam ingatan sejarah, dan lebih-lebih dalam hati rakyat. Ia adalah sosok pemimpin yang datang bukan dari istana berdinding emas, tetapi dari rumah kayu, dari pasar yang riuh, dari sungai yang deras, dari rakyat jelata yang lama tak percaya mereka bisa punya pemimpin seperti dirinya.

Dalam video sederhana yang beredar hari ini, tampak Pak Jokowi dikelilingi tumpeng ulang tahun. Namun bukan tumpengnya yang menggetarkan perasaan, melainkan raut wajahnya. Terlihat lebih pucat, lebih redup. Ada kelembutan yang nyaris menyedihkan di sana. Wajah itu bukan wajah kekuasaan, melainkan wajah kelelahan yang tulus. Mungkin tubuhnya sedang tak sehat, tapi siapa yang bisa menyangkal bahwa itu adalah tubuh yang telah bekerja lebih keras daripada yang kita tahu---bertahun-tahun tanpa jeda, tanpa banyak keluh.

Maka hari ini, kita tak hanya mengucapkan "selamat ulang tahun," tapi juga "maturnuwun, Pak." Terima kasih dari lubuk hati terdalam atas pengabdian yang tak berhenti, atas pilihan hidup yang tak mudah, dan atas kesederhanaan yang tetap beliau jaga meski telah berada di puncak kuasa.

Dalam falsafah Jawa, ada pepatah yang berbunyi:
"Urip iku mung mampir ngombe" --- hidup hanyalah singgah untuk minum.
Pak Jokowi menghayati hidup bukan sebagai pesta, tapi sebagai pengabdian. Ia bukan orang yang duduk bersila di panggung pujian. Ia memilih berdiri di tengah debu pembangunan, di tengah kritik, di tengah keringat pekerja dan suara petani.

Ada juga pepatah lain:
"Sepi ing pamrih, rame ing gawe."
Tak banyak bicara soal pencitraan, tapi banyak bekerja untuk kebaikan. Filosofi ini bukan hanya melekat dalam gaya kepemimpinan Pak Jokowi, tapi telah menjadi napas dari tiap langkahnya. Ia bekerja bukan demi dikenang, tapi karena itulah yang ia yakini benar. Karena bagi seorang Jawa sejati, kerja adalah bentuk ibadah, dan kesederhanaan adalah puncak martabat.

Dan kini, di usianya yang ke-64, mari kita semua berdoa:
Semoga Pak Jokowi diberi "banyu urip"---air kehidupan yang menyehatkan tubuh dan menenangkan jiwa.
Semoga ia terus dilindungi dalam "pepadhang"---terang batin yang menuntunnya dalam masa istirahatnya.
Semoga hatinya tetap ringan seperti semilir angin lereng Merapi, dan pikirannya tetap jernih seperti embun pagi di Solo.

Karena sebaik-baiknya rakyat, adalah mereka yang tahu cara mencintai pemimpinnya dengan doa, bukan sekadar pujian.
Dan sebaik-baiknya pemimpin, adalah mereka yang tetap dihormati meski sudah tak lagi berkuasa.

Sugeng ambal warsa, Pak Jokowi.
Semoga panjang umur, sehat selalu, dan diberi kesempatan untuk menikmati hari-hari yang damai bersama keluarga.
Semoga warisan kerja dan nilai-nilai hidupmu terus menjadi inspirasi bagi generasi sesudahmu.
Dan semoga engkau tahu, bahwa di luar sana---di desa-desa, di kota-kota, di ladang, dan di pasar---masih banyak yang diam-diam menunduk hari ini, mengucapkan doa tulus dalam diam.

Karena dalam bahasa hati orang Jawa, cinta dan hormat tidak selalu perlu diucapkan keras-keras. Cukup dengan satu doa:
"Mugi tansah pinaringan rahayu, slamet, lan kabegjan."
Semoga selalu diberi keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun