Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketum PSI, antara Bro Ron atau Jokowi?

20 Juni 2025   14:44 Diperbarui: 20 Juni 2025   14:44 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bro Ron daftar Ketum PSI (Sumber: Tribun Medan)

PSI lagi di crossroads nih, guys. Setelah bertahun-tahun jadi partai anak muda yang penuh vibes idealis dan semangat berkobar-kobar, sekarang saatnya level up jadi kekuatan politik yang beneran bisa ngisi kursi DPR di Pemilu 2029. Tapi kayak game RPG, setiap mau naik level pasti ada boss fight---dan kali ini boss fight-nya adalah: siapa yang bakal jadi leader?

Plot twist! Dua nama besar muncul: Ronald Sinaga (yang udah officially daftar jadi calon ketum PSI) dan Jokowi, mantan presiden yang namanya masih jadi magnet politik nasional. Meski Pak Jokowi belum pernah bilang mau nyalon jadi ketum PSI, tapi beberapa kader dan fans-nya udah mulai nge-hype kemungkinan ini. Ada yang bilang ini nostalgia, ada yang bilang ini harapan. Tapi real talk, dalam demokrasi yang sehat, nostalgia sama harapan nggak bisa berdiri sendiri tanpa realitas yang solid.

Realitasnya? Bro Ron udah dateng duluan, lebih prepared, dan lebih konkret. Dia bukan tokoh yang cuma exist di khayalan. Dia bukan figur yang cuma di-pull sama romantisasi masa lalu. Dia dateng dengan tekad, pendaftaran resmi, dan track record yang bisa dibuktikan.

Dia udah grind dari bawah---nge-push transparansi dana PIP, fighting korupsi di level sekolah dan dunia pendidikan, bahkan berani expose kejanggalan di BUMN Karya. Ini bukan hasil speedrun semalam. Ini bukan sekadar personal branding. Ini hasil grinding dari kader PSI asli yang paham betul kalau perubahan itu dimulai dari grassroots, bukan dari panggung media.

Meanwhile, Jokowi---okay, kita harus fair---emang sosok yang phenomenal dalam politik Indonesia. Beliau bukan cuma simbol development infrastruktur, tapi juga bukti nyata bahwa bisa melampaui class dan geography di panggung politik nasional. Dua periode kepemimpinannya udah bikin banyak achievement, meski ya tetep ada yang kritik (which is normal). Tapi di point ini, setelah marathon politik lebih dari satu dekade, publik bisa liat kalau Jokowi udah deserve untuk rest. Bukan karena weak, tapi karena main quest-nya udah complete.

Justru karena legacy Jokowi segede itu, sebaiknya beliau nggak masuk ke dalam battle royale jabatan struktural kayak ketum partai. Role beliau bisa jauh lebih strategic---jadi Ketua Dewan Penasihat PSI bareng tokoh-tokoh senior kayak Grace Natalie dan Raja Juli Antoni. Di posisi itu, Jokowi bisa guide tanpa harus turun arena. Beliau bisa kasih direction, advice, dan jaga idealisme partai, tanpa perlu terjun ke drama internal politics.

Dengan begitu, nggak ada war narrative antara Bro Ron dan Jokowi. Mereka bukan enemy di satu battlefield. Bro Ron adalah new DPS PSI---progressive youth dengan damage tinggi, courage untuk melawan status quo, dan clear vision tentang future partai. Sementara Jokowi adalah tank experience, guardian untuk moral compass dan ideological direction partai, yang tetep needed tapi dalam capacity yang lebih chill, strategic, dan mature. PSI nggak butuh dikotomi old vs young, tapi synergy antar generasi.

Tapi ada satu thing yang harus di-clarify. Waktu salah satu simpatisan PSI yang ngaku nama Dedy Nur Palakka nyamain Jokowi sama nabi, ini bukan cuma typo atau slip of tongue. Ini logic error yang serius. Politik nggak bisa di-mix secara random sama terminologi religious. Bukan cuma nggak appropriate, tapi juga dangerous. Politik harus dijaga rationalitynya. Nggak ada slot untuk blind worship dalam modern democracy. Kalau mau respect Jokowi, ya respect dengan cara yang proper---bukan dengan mystical glorification.

Kader PSI hari ini dihadapin sama rational choice. Choice yang bakal nentuin apakah partai ini capable jadi real force di parlemen, atau balik jadi spectator di bench. Dalam situasi kayak gini, milih Bro Ron sebagai ketum bukan cuma right decision, tapi juga the only logical choice. Dia internal talent, dia punya guts, dia udah prove integrity dan real work-nya. Dan yang paling penting, dia tahu kalau jadi ketum bukan soal flex, tapi soal hustle.

Remember, partai nggak bisa dibangun cuma dari image. Partai dibangun dari healthy system, capable members, dan leader yang ready face-to-face sama masalah rakyat. PSI butuh fresh energy, tapi juga butuh clear direction. Maka perfect combo adalah: Bro Ron lead di frontline, Jokowi kasih guidance dari backstage.

Jangan delay momentum ini. Kalau lo feel jadi bagian dari perubahan, jadilah kader PSI. Register diri lo lewat website resmi mereka. Dan pas saatnya voting, vote Bro Ron sebagai ketum. Ini bukan cuma soal win or lose. Ini soal course of history.

Bro Ron harus menang. Tapi bukan karena Jokowi harus lose---melainkan karena Jokowi udah selesai sama battlefield, dan sekarang waktunya jadi guardian of wisdom dari kejauhan.

Jokowi kalau jadi ketum, kasihan dong---harus mikir struktur, harus dealing sama administrative stuff, harus handle internal politics. Beliau udah pantas jadi wise advisor yang dipanggil kalau ada strategic decision, bukan yang harus grind daily operations.

PSI butuh fresh driver untuk 2029. Bro Ron adalah driver itu. Jokowi tetap legend---tapi waktunya jadi navigator, bukan yang pegang setir.

Takeaways: Yuk, daftar jadi pemilih ketum PSI lewat website resmi mereka dan dukung Ronald Sinaga! Saatnya generasi baru memimpin dengan wisdom generasi sebelumnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun