Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepada Anggota PSI, Jadikan Bro Ronald Sinaga Ketum Kalian

30 April 2025   16:50 Diperbarui: 30 April 2025   16:50 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronald Aristone Sinaga a.k.a Broron (Sumber: VOI.ID)

PGRI Karawang meradang dalam murka yang tak tertahankan. Banyak kepala sekolah merasa terinjak harga dirinya. Namun, BroRon tak pernah sekalipun menekuk lutut untuk memohon ampunan. Sebagaimana yang dikatakan filosof besar Sun Tzu...

Pemimpin sejati berdiri tegak bagai gunung di tengah badai, tidak goyah meski semua menentangnya.

BroRon menjelma menjadi manifestasi dari pemimpin yang berani dimusuhi demi membela mereka yang suaranya terlalu lirih untuk didengar. Demi siswa-siswi yang selama ini dibungkam oleh belenggu birokrasi dan dihisap darahnya oleh para oknum tak bermoral.

Dan sebelum debu pertempuran di medan pendidikan sempat mengendap, BroRon telah mengalihkan perhatiannya ke medan pertempuran lain yang tak kalah sengit: korporasi. Dengan keberanian yang sulit dibedakan dengan "gila", ia melancarkan gugatan frontal terhadap keterlambatan sistemik dalam pembayaran proyek oleh BUMN yang membuat pengusaha-pengusaha kecil gasping for air, tenggelam dalam lautan utang, dan dihabisi perlahan-lahan oleh sistem yang tak berperikemanusiaan. 

BroRon---yang juga merupakan seorang entrepreneur---tidak main-main dalam serangan langsung dan frontalnya terhadap BUMN. Bukan dengan surat formal yang steril dan diplomatis, tetapi dengan rekaman-rekaman otentik, wawancara-wawancara telanjang, kesaksian korban, dan keberanian yang tak bisa ditempa di akademi politik manapun.

Belum lagi insiden kontroversial ketika Satpol PP Parung Panjang dengan sewenang-wenang mencopot baliho kampanyenya pada awal 2024. Bukannya tenggelam dalam keputusasaan, BroRon justru berseteru face-to-face dengan camat, dan menuntut keadilan dengan lantang di hadapan Bawaslu. 

Ia memperjuangkan hak kampanye bukan sekadar untuk mengamankan kemenangannya, tetapi untuk menunjukkan pada dunia bahwa aturan main tidak boleh hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Seperti yang sering dikatakan filsuf Jawa kuno...

"Wong cilik ketiban awu, wong gedhe ketiban pulut" -- orang kecil tertimpa abu, orang besar tertimpa getah lengket. 

BroRon hadir untuk memutarbalikkan narasi tak adil ini.

BroRon memang bukan anggota legislatif. Namun sungguh, ia telah bekerja jauh melampaui fungsi dan ekspektasi legislatif. Ia mengawasi dengan mata elang, mengevaluasi dengan ketajaman pisau, memperjuangkan dengan semangat berkobar, dan merepresentasikan aspirasi rakyat dengan sepenuh jiwa---semua tanpa sepeser pun gaji dari negara. Real talk, ini attitude yang patut diacungi sepuluh jempol!

This is not about going viral. Ini tentang kewarasan dalam dunia yang absurd. Tentang nurani dalam era yang penuh kebohongan. Tentang keberanian dalam masa yang penuh sikap submisif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun