Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mobil Listrik Mudik Jakarta-Malang Telan 500 Ribu, Seriously?

2 April 2025   21:10 Diperbarui: 2 April 2025   21:10 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan Elektrik vs Petrol (Sumber: Acko)

Di tengah euphoria kendaraan listrik yang semakin menggema, sebuah journey epic dari Jakarta ke Malang menggunakan mobil listrik BYD pada 26 Maret 2025 memang menunjukkan biaya operasional yang surprisingly competitive---sekitar 500 ribu rupiah, setara dengan Toyota Avanza---namun, jangan terburu-buru meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil yang masih memegang supremasi signifikan dalam konteks landscape Indonesia saat ini. 

Pengguna X @MasMasBiassaa memang melemparkan pujian terhadap keunggulan kendaraan listrik, seperti absennya aroma kopling terbakar saat mendaki atau rem yang overheating ketika menurun, tetapi sungguh masih banyak alasan mengapa mobil berbahan bakar fosil, baik bensin maupun diesel, tetap menjadi pilihan yang jauh lebih praktikal dan reliable bagi masyarakat Indonesia.

Infrastruktur bahan bakar fosil di Indonesia berdiri kokoh bak benteng pertahanan yang tak tergoyahkan dibandingkan dengan stasiun pengisian daya untuk kendaraan listrik yang masih sporadis. 

SPBU bersemayam di hampir setiap sudut kota, bahkan menerobos hingga ke pelosok negeri yang nyaris tak terjamah. Sebaliknya, sebagaimana yang tersurat dalam kolom balasan postingan tersebut, stasiun pengisian daya untuk kendaraan elektrik masih sangat terbatas keberadaannya, terutama di rest area tol yang menjadi lifeline para pemudik. 

Imagine if baterai kendaraan listrik kehabisan nyawa di tengah kemacetan padat merayap saat mudik---pengemudi harus struggle berebut colokan di charging station yang jumlahnya sangat limited, atau bahkan terpaksa waiting for hours hanya untuk mengisi daya. Meanwhile, mengisi tank bensin atau diesel hanya membutuhkan waktu beberapa menit singkat, dan perjalanan dapat langsung dilanjutkan tanpa bayang-bayang anxiety kehabisan energi. 

Seperti kata pepatah Jawa kuno, "Alon-alon waton kelakon" (pelan-pelan asal sampai tujuan)---dalam konteks ini, kendaraan berbahan bakar fosil justru memberikan kepastian untuk sampai tujuan tanpa drama yang berlebihan.

Jangkauan dan fleksibilitas kendaraan berbahan bakar fosil berdiri megah bak raja hutan untuk perjalanan jarak jauh, terutama di rute seperti Jakarta-Malang yang menghadirkan terrain yang sangat bervariasi. 

Mobil bensin seperti Toyota Avanza atau Mitsubishi Xpander dikaruniai tangki bahan bakar yang memungkinkan coverage hingga 600-700 kilometer dalam sekali pengisian, tanpa perlu dihantui "range anxiety" yang sering meneror pengguna kendaraan listrik. Bahkan jika bahan bakar menipis hingga ambang batas, solusi sederhana seperti membawa jeriken bensin cadangan atau membeli bahan bakar eceran di pinggir jalan masih sangat feasible, sesuatu yang absolutely impossible dengan kendaraan listrik. 

Ini mengingatkan pada ajaran filsuf Tiongkok Laozi yang menyatakan bahwa yang terbaik adalah yang paling sederhana dan paling dapat diandalkan, "Berjalan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kaki"---dan dalam konteks perjalanan jauh di Indonesia, langkah paling pasti masih dengan kendaraan berbahan bakar fosil yang telah teruji waktu.

Dari perspektif financial investment dan maintenance, kendaraan berbahan bakar fosil masih jauh lebih accessible bagi mayoritas penduduk Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun