Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

WA

5 Juni 2019   21:17 Diperbarui: 5 Juni 2019   21:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara beduk dipukul bertalu-talu terdengar dari arah masjid. Suasana di kampung Utan tengah semarak. Muda-mudi meramaikan pawai obor dan beduk keliling kampung. Tua muda tumpah di jalanan. Sebagian menggunakan motor yang digas keras-keras. Lampu kerlap-kerlip warna-warni menyemarakan kedatangan lebaran tahun ini.

Namun di sebuah rumah, seorang lelaki tua tampak bersedih. Ia mencoba menonton televisi namun acaranya sangat monoton. Ia tak bernafsu menonton televisi. Ia lalu beralih pada koran pagi yang beritanya sudah basi itu.

Wajahnya yang keriput seakan tidak mampu mengurangi kesedihannya. Malam ini dia duduk sendiri di rumah. Tiga tahun lalu istrinya meninggal. Sementara anak-anaknya hidup terpencar-pencar mencari penghidupan sendiri-sendiri.

Lelaki tua itu menanti kedatangan anak-anaknya. Namun sedari pagi belum ada berita anak-anaknya akan mudik. Ia menangis dalam hati. Apa salah dan doanya dalam mendidik anak sehingga mereka durhaka seperti ini?

Ia dulu adalah seorang direktur Bank pemerintah yang memilih tinggal kampung di pedalaman pulau Jawa. Sedari muda ia giat bekerja. Selesai kuliah, ia bekerja pada sebuah bank sampai tua. Prestasinya diakui. Namun selepas pensiun ia lebih memilih tinggal di sebuah kampung yang sunyi untuk mencari ketenangan.

Beberapa bulan lalu, seorang anaknya menghadiahkan sebuah ponsel pintar kepadanya. Sampai sekarang ia belum benar-benar mengerti apa fungsi ponsel tersebut. Ia benar-benar gaptek alias gagap teknologi.

Tiba-tiba bunyi beep terdengar dari ponselnya. Namun ia tidak tahu harus bagaimana. Kedua, terdengar bunyi beep kembali, sampai ketiga hingga ke lima. Ia bertambah bingung. Ia lalu memanggil pembantu rumah tangga.

"Nem, tolong saya dengan ponsel ini. Ada suara-sura beepnya. Tapi saya gak tahu haru di apain. Saya tidak bisa menggunakannya," ujar lelaki tua itu.

"Sini pak. Coba saya lihat," ujar Inem.

Pembantu itu membuka fitur-fitur di ponsel dengan cekatan. Ia membuka WA, instagraam, dan facebook.

"Oh ini gini, Pak!  Ada ucapan selamat Idulfitri dari anak-anak Bapak. Mereka menggunakan WA untuk mengucapkan selamat Idulfitri untuk Bapak. Ini silakan Bapak baca" kata Inem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun