Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Globalisasi dan Akhir Era Barat

19 April 2018   23:22 Diperbarui: 19 April 2018   23:42 1958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(financialtribune.com)

Ketika krisis finansial Asia 1997, banyak orang menduga ramalan kebangkitan Asia tersebut meleset. Namun keadaan justru mengatakan lain. Bangsa-bangsa Asia keluar dari krisis dan membangun perekonomian yang sempat porak-poranda kembali. Krisis yang disinyalir direkayasa spekulan mata uang George Soros ternyata tidak mampu menghancurkan fundamental ekonomi negeri-negeri Asia.

Indonesia, misalnya. Negara yang pernah diramalkan akan hancur seperti hal Yugoslavia ternyata sukses melewati krisis ekonomi dan secara politik tetap solid dan mengadopsi demokrasi sebagai sistem politiknya. Indonesia bahkan dianggap sebagai negeri demokrasi Muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan India.

Anggapan bahwa Islam tidak kompatibel dengan demokrasi ternyata tidak terbukti. Walaupun Indonesia memasuki era politik yang kadang tidak stabil, namun secara umum demokratisasi sukses diterapkan di Indonesia.

Selama beberapa dekade kebijakan Barat terhadap negara-negara dunia ketiga telah menimbulkan dampak yang besar. Kebijakan Barat dalam beberapa hal merugikan negara-negara Dunia Ketiga. Barat memaksakan demokrasi, HAM, dan utang luar negeri. Barat bahkan tidak tanggung-tanggung jawab mencoba mengintervensi proses demokratisasi di negara-negara Dunia Ketiga.

Ketika Front Islamique du Salut (FIS) menang dalam pemilu di Aljazair tahun 1991, negara-negara Barat mendesak elit-elit poskolonial di negara itu untuk membatalkan pemilu.

Dampak kebijakan Barat yang paling merugikan negara-negara Dunia Ketiga adalah invasi AS dan sekutunya ke Irak dan Afghanistan atas nama Perang melawan Terorisme. Padahal tidak ada bukti yang jelas bahwa rezim Saddam Husein dan Taliban terlibat terorisme. Bahkan PBB sendiri tidak setuju dengan invasi tersebut karena melanggar hukum internasional.

PBB mengeluarkan pernyataan bahwa pengadilan atas Saddam Husein merupakan pengadilan yang tidak adil (unfair trial). Upaya AS mewujudkan demokrasi di Timur Tengah menemui jalan buntu. Kebijakan Perang melawan Terorisme telah merugikan masyarakat dunia, khusunya umat Islam. Keangkuhan Barat ternyata telah merugikan Barat sendiri. Barack Obama, presiden AS ke-44, mencoba merestorasi peranan AS dengan kebijakan Pivot to Asia.

Tiongkok dan India berhasil memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal senada juga dinyatakan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, hanya bangsa yang bisa memanfaatkan globalisasi yang akan bisa survive di tengah persaingan global. Indonesia pun menempuh kebijakan yang sama. Negara-negara Asia dengan cerdik memanfaatkan globalisasi yang pada mulanya dicetuskan oleh negara-negara Barat.

Negara-negara Asia berusaha meniru keberhasilan Tiongkok dalam industrialiasiasi dan perdagangan internasional. Vietnam, misalnya, berusaha meniru sistem ekonomi pasar sosialis yang menjadi ideologi ekonomi Tiongkok. Vietnam berusaha membuka perekonomiannya lebar-lebar kepada para investor asing. Tiongkok berusaha membentu front baru di politik internasional untuk mengimbangi Barat. Kiblat dunia kini beralih dari Barat ke Tiongkok. Semua mata di dunia tertuju ke Tiongkok.

Korea Selatan ini muncul sebagai kekautan baru dalam industri pertahanan di dunia. Hal ini seharusnya ditiru oleh Indonesia. Industri pertahanan Korsel berhasil memproduksi pesawat, tank, kapal selam, dan rudal. Industri pertahanan Indonesia pun dalam beberapa aspek berhasil memproduksi alat utama sistem persenjatan seperti kapal perang, panser, kendaraan taktis (rantis), pesawat, helikopter, dan tank bekerjasama dengan Turki.

Globalisasi ini tidak lagi didominasi oleh negara-negara Barat. Negara-negara Asia dan Amerika Latin berhasil menjadi pemain-pemain utama dalam globalisasi. Perubahan peta dunia saat ini  suatu saat akan menjadi titik balik bagi negara-negara Barat dan Amerika. Barat memang kini masih menguasai lembaga-lembaga internasional. Namun hal itu akan segera berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun