Mohon tunggu...
Ragil WIrayudha
Ragil WIrayudha Mohon Tunggu... Freelancer - melihat, mencatat dan mengingat

Hidup hanya sekali namun sejarah akan mengingatmu selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Biang Gaduh, Si Peragu

20 Maret 2020   10:33 Diperbarui: 20 Maret 2020   11:01 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kredit foto: wilah samudra

tak mungkin mereka para  tenaga medis merawat kerumunan pasien dengan gopro online di kepala mengabadikan kelelahan,

dan sekian jenis pejuang-pejuang sunyi lainnya: yang mendidik keras dirinya untuk bersabar dalam perjuangan serba diam.

Yang tak pernah menyebar gemuruh untuk menarik perhatian.

Lihatlah tauladan itu, sebagai pengajaran yang utuh tentang pengorbanan!

Mari kita pungut sebagai contoh, bahwa hidup itu pilihan, kemudian memperjuangkannya dengan cara yang terhormat dan bermartabat.

Satu yang tak berubah dari jalan sejarah: perjuangan yang murni tidak pernah tertarik mencari kambing hitam. Karena dalam perjuangan, yang ada hanya satu diantara dua, Kawan atau Musuh!

Terhadap Kawan, memaafkan, terhadap Musuh: temukan hancurkan.

Maka,

Kawan..

Jangan-jangan, kitalah beban itu, si peragu:

yang merasa, tulisan-tulisan nada kesal dan menyalahkan telah meringankan beban manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun