Mohon tunggu...
Hantu Nasionalis
Hantu Nasionalis Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Nulis aje

merah darahmu sama dengan merah darahku....Satu merah putih.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2012 Kereta Bebas Penumpang Atap

3 Januari 2012   06:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:24 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Program bebas penumpang atap yang dicanangkan PT. PJKA untuk tahun 2012 tidak berbamding lurus dengan cara atau solusi yang selama ini hingga sekarang ini dilakukannya. Selama ini cara yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan penumpang atap adalah dengan menyemprotkan cairan berwarna, razia yang melibatkan petugas bertampang ormas yang sedang berselisih saat ini, dan atau dengan cara memasang kawat berduri untuk menghalangi calon-calon penumpang atap untuk naik. Solusi yang tidak solutif.

Bertahun tahun, dari sejak jaman penjajahan, mengelola kendaraan rakyat popular pertama ini, namun tidak juga membuat otak para pengelolanya ini berkembang. Yang berkembang dari lembaga ini hanya berpikir bagaimana mencari untung. Suatu pandangan yang terbentuk pemikiran kapitalis tanpa memikirkan pelayanan kepada konsumen. Tempat duduk yang masih tidak nyaman, jendela yang pecah, bau tetap kamar kecil, jadwal karet, dan berbagai jenis aib yang pasti bisa disebut oleh berbagai jenis penumpang kereta.

Mengapa solusi yang selalu dihembuskan pihak PJKA sudah bisa dipastikan tidak solutif? Solusi yang diprogramkan tidak menjawab pertanyaan ‘mengapa ada penumpang atap’. Solusi yang dipraktekkan oleh petugas berwajah beringas non senyum itu tidak akan menghilangkan kebiasaan penumpang atap. Apakah bertahun tahun mempunyai pengalaman dibidang perkereta apian tidak menjadikan guru? Tidak membuat pintar menciptakan solusi yang solutif? Tidak bisa menggunakan logika?

Logikanya mengapa ada penumpang atap adalah ketidak mampuan ruang kereta api untuk menelan penumpang didalamnya, dengan kata lain TIDAK MUAT. Tidak pernah terlihat ada penumpang atap pada kereta yang ruangannya masih bisa menampung calon penumpang. Tidak pernah terlihat penumpang atap pada kereta yang jelas jelas bisa dikatakan kosong. Para penumpang atap ini tanpa diberi penyuluhan berulangpun mengetahui bahwa tindakannya adalah membahayakan diri sendiri. Rakyat negeri ini sudah pintar. Percayalah. Tukang ojek membahas carut marut hukum, kuli jalanan menyindir pejabat kotup, supir angkutan umum memaki wakil rakyat yang tidak mencerminkan mewakili rakyat, Sungguh, mereka sudah sangat pintar untuk memahami bahwa duduk dan menjadi penumpang atap adalah membahayakan dirinya. Selain bisa jatuh atau tersengat listrik, mereka yang selamat pun mempertaruhkan keselamatan diri dari hajaran pukulan petugas dan denda. Tapi mereka juga tahu, bahwa waktu adalah mahal. Mereka tidak mau atau rela membuang waktunya untuk menunggu kereta selanjutnya. Waktu mereka sudah cukup terbuang dari menunggu kedatangan kereta, berebutan masuk namun ternyata tidak ada lagi ruang kosong, dan kereta yang mereka tumpangi mengalah menepi memberi jalan kereta yang berisi penumpang ‘tertib’ yang membayar lebih mahal. Mengapa bertahun tahun bergerak dalam bidang pelayanan angkutan rakyat berbadan panjang tidak bisa menyebabkan lembaga itu menambah inventaris keretanya?

“Mereka menjadi penumpang atap karena ruang kereta itu penuh pak!”

Tambahlah kereta untuk menghilangkan penumpang atap itu adalah solusi yang solutif, tentu saja juga diperbaiki hal hal lainnya, seperti jadwal yang pasti (ini adalah kepastian hukum dalam skala kecil). Penambahan kereta akan mengurangi penumpang atap dan juga mengurangi kelucuan kejar kejaran petugas pada penumpang atap. Penambahan kereta akan menjadikan kereta menjadi transportasi yang lebih popular. Dan penambahan kereta juga akan menghilangkan citra kumuh dari kumpulan calon penumpang yang tidur tiduran menunggu kapan datangnya kereta pujaan.

Tuuutttt……………Ttuuuuuttttt………………. Gujeeesssss gujjeeeesssss

Siapa hendak turut??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun