Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Alun-alun Yogya: Kemesraan Ini Janganlah Pernah Berlalu

29 Desember 2019   09:12 Diperbarui: 20 Januari 2020   11:07 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana rukun, damai, aman dan nyaman di sekitaran alun-alun itu membuat hati senang dan bahagia. Terharu. Namun dalam kedamaian itu, tersirat kekhawatiran tentang apakah situasi dan suasana yang kondusif itu akan terus berlanjut abadi selamanya? Dengan kalimat lain, apakah kemesraan itu tidak akan pernah berlalu, atau justru suatu waktu nanti hanya tinggal kenangan?

Ini penting kita renungi, mengingat akhir-akhir ini mulai banyak orang yang terpengaruh ajaran atau ceramah agama yang radikal, yang mengharamkan segala sesuatu. 

Sekarang ini banyak muncul penceramah yang membonceng agama, dan bebas melontarkan cacian, makian, tudingan, mengafirkan orang lain seenak mulutnya bicara. Apa-apa diharamkan. Hanya dia dan kelompoknya yang benar. 

Film, sinetron Korea diharamkan (tapi film Hollywood kok tidak?) Catur haram, alat musik itu sumber maksiat, dll. Tapi, kok kemajuan teknologi informasi berbasis jaringan internet tidak dituding sumber maksiat? Bukankah smartphone yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa batas itu, leluasa pula dijadikan untuk mengirim gambar atau menonton video yang tidak senonoh, atau maksiat? 

Kenapa penceramah agama sejenis itu tidak pernah mengharamkannya, dan sekaligus menganjurkan semua pengikutnya mencampakkan benda-benda yang juga hasil pemikiran dan karya kaum kafir itu?

Sebab bukankah ada tertulis "bahwa telah kafirlah orang yang meniru-niru atau mengikuti kebiasaan kafir"? Kok cuma pakai topi sinterklas yang diharamkan? Helloooow.... 

Foto: Hans
Foto: Hans
Alun-alun Yogya membuktikan betapa indahnya hidup bersama di dalam keberagaman. Semua warga yang berbeda latar belakang suku-agama berinteraksi dalam harmoni. Dan ini sudah berlangsung lama, sejak puluhan atau bahkan mungkin ratusan tahun silam.

Namun ini bisa berlalu dalam sekejap apabila oknum penceramah agama intoleran dan gemar menyebar permusuhan mulai datang. Dia akan mengatakan bahwa bersenam pagi cara ramai-ramai, pria wanita berkumpul itu haram, terlebih diiringi musik yang berbau maksiat, dan sebagainya, hukumannya neraka, dsb.

Warga yang kadar imannya tipis pun akan mudah terpengaruh, dan mulai menjauhi aktivitas bersama semacam ini. Dan jika ini mulai terjadi, kemesraan antarsesama warga masyarakat pun terancam. 

Maka, untuk menghindari mimpi buruk ini, jangan pernah memberi ruang bagi penceramah intoleran. Mereka itu bukan membawa misi damai agama, hanya ingin merusak harmoni. Karena di mana ada kekacauan, di sanalah kesempatan bagi mereka masuk untuk mengubah tatanan negara sesuai keinginan mereka. Dan ini musibah, jadi tolak mereka di mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun