Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lucu Kali Negeri Ini

18 Agustus 2019   13:08 Diperbarui: 18 Agustus 2019   13:13 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribun news

Nama Koko Ardiansyah, siswa SMA di Labuhan Batu, Sumatera Utara, tiba-tiba melejit. Dia menjadi terkenal karena videonya yang sedang bermuram durja--gara-gara dikeluarkan dari keanggotaan pasukan kibar bendera kabupaten--menyebar ke seluruh smart phone masyarakat Indonesia. Simpati pun mengalir deras ke sosok anak yatim ini. Apalagi kondisi perekonomian keluarganya pun tergolong sulit. 

Setelah video itu memviral dan dukungan berdatangan dari segala penjuru--termasuk dari Menteri Pemuda dan Olahraga Nachrowi--yang menelepon dia langsung dari luar negeri. 

Koko pun kini bisa tersenyum sumringah. Judul ceritanya pun berubah menjadi: "Sengsara membawa nikmat". Apalagi Koko sudah berangkat ke Jakarta guna memenuhi undangan Menpora? Lanjutan cerita sudah bisalah ditebak. Koko, yang mungkin belum pernah ke Jakarta, namun begitu ada kesempatan ke sana, langsung ketemu dan menjadi tamu pejabat tinggi, sekelas menteri. Bahkan dia pun diterima oleh Presiden Jokowi di Istana Negara!

Wuih.............. Dasar si Koko yang bikin iri saja nih. Kita-kita yang sudah sampai ubanan dan mulai "karatan" tinggal di Jakarta ini saja belum pernah bertemu dengan menteri, apalagi Presiden? Tapi Koko? Benarlah kata ungkapan usang bahwa di balik musibah itu selalu ada berkat (blessing in disguise). Selamat ya Ko...

Tetapi kalau kita merenungkan segala kejadian ini dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, boleh dikatakan bahwa pihak-pihak yang berwenang dalam kasus ini telah salah kaprah dalam memecahkan permasalahan ini. Dalam pengertian, kasus yang menimpa Koko ini sebenarnya mudah diselesaikan, kalau ada kesadaran dari mereka-mereka yang terlibat di dalamnya. Siapa saja itu, salah satunya tentu saja Plt Bupati Labuhan Batu, dan anak yang ujug-ujug disusupkan ke paskibraka tanpa melalui seleksi atau audisi tersebut.

Begitu berita ini diketahui semua orang, mestinya oknum pejabat itu sadar diri dan malu, kemudian menganulir keputusannya yang menyusupkan anaknya ke barisan yang sebenarnya bukan  haknya itu. Atau kalau orang tuanya tidak sadar, mestinya anak itu sendiri yang tahu diri dan mengundurkan diri lalu mengembalikan posisi yang dia serobot tersebut ke pihak yang berhak, yakni Koko.

Tapi demi melihat rekam jejak si anak di medsos, kita serta-merta merasa ragu bahwa anak ini akan mundur untuk memberi jalan kembali ke Koko. Dari beberapa jejak digitalnya, tampak sekali anak ini urakan dan sulit dijadikan teladan, dan bahkan mungkin tidak dapat dipercaya. Videonya di medsos yang menyedot-nyedot sigaret elektrik sungguh memuakkan dan memualkan. 

Gayanya saat menyedot dan menyembur-nyemburkan asap nikotin itu menguatkan dugaan bahwa orang ini tidak memiliki hati nurani yang peka serta moralitas yang dapat diharapkan. Orang semacam ini biasanya tidak akan pernah merasa risih atau sungkan mengangkangi yang bukan bagiannya. Kalau nanti menjadi pejabat atau orang yang punya akses ke bagian keuangan, kemungkinan besar akan korupsi.

Tapi semua sudah berlalu. Hari peringatan kemerdekaan RI ke-74 sudah usai, dan bagaimana pun gigihnya para netizen dan masyarakat RI menyampaikan dukungan dan pembelaan pada Koko, hal itu tidak lagi bisa mengembalikannya ke barisan paskibra. Mungkin tahun depan saja, kalau memang masih dapat.

Tapi ada satu hal yang patut disesalkan dan semoga menjadi pelajaran berharga di masa depan. Kalau terjadi hal seperti ini, di mana beritanya sudah diketahui masyarakat luas, pejabat yang paling berwenang dalam urusan paskibra-- dalam hal ini Menteri Pemuda dan Olahraga(?)--harus mengambil tindakan tegas dengan memerintahkan supaya Koko dikembalikan ke posisinya, bukannya menelepon dari luar negeri dan mengundangnya ke Ibu Kota. Tapi kita tidak tahu apakah seorang menteri tidak punya wewenang dalam hal seperti ini? Koko bisa saja akhirnya diundang ke Jakarta setelah menyelesaikan tugasnya sebagai anggota paskibra selesai dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun